Mahasiswa Stikes Hang Tuah Pekanbaru keluhkan sering diganggu pengungsi mabuk
Pekanbaru (ANTARA) - Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Hang Tuah di Kota Pekanbaru mengeluh karena ulah pengungsi yang tinggal di rumah penampungan dekat kampus sering mengganggu mahasiswi, bahkan pengungsi melakukannya dalam kondisi mabuk.
Hal itu terungkap dalam acara sosialisasi tentang penanganan pengungsi yang digelar Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pekanbaru untuk kalangan mahasiswa di Kota Pekanbaru, Rabu.
“Teman saya sering diganggu terutama yang perempuan oleh pengungsi, dan ada yang mengganggu juga mabuk,” kata seorang mahasiswa Stikes Hangtuah, Wahyudi.
Stikes Hang Tuah di Jalan Mustafa Sari lokasinya dekat dengan sebuah rumah penampungan pengungsi Wisma D’Cops. Rumah penampungan itu khusus untuk laki-laki yang statusnya lajang. Mereka kerap mengganggu mahasiswa Stikes Hang Tuah yang mayoritas perempuan.
Menurut informasi, pengungsi di Wisma D’Cops ada yang suka mabuk tuak yang mudah ditemukan di warung-warung di daerah itu. Berdasarkan data Rudenim Pekanbaru, jumlah pelanggaran di rumah penampungan tersebut memang paling tinggi.
Wahyudi mengatakan perlu ada pengawasan lebih ketat terhadap pengungsi tersebut agar tidak terus menimbulkan keresahan.
“Kami masih tahu sopan santun jadi tidak mau menyerang mereka balik dan ada pihak yang lebih punya tanggung jawab untuk menertibkannya,” kata Wahyudi.
Menanggapi hal ini, Kepala Rudenim Pekanbaru Junior Sigalingging meminta mahasiswa untuk segera melapor apabila ada pengungsi yang mengganggu ketertiban. Pelaporannya bisa melalui website maupun nomor telepon petugas Rudenim Pekanbaru.
Selama ini memang tidak ada petugas Rudenim yang berjaga di rumah penampungan, hanya melakukan patroli rutin.
“Kami tidak bisa mengawasi 24 jam. Kalau ada yang mengganggu segera laporkan ke kami,” ujarnya.
Ia mengatakan Rudenim Pekanbaru kini mengawasi 1.026 pencari suaka dan pengungsi. Mereka ditempatkan di delapan rumah penampungan mayoritas di Kota Pekanbaru dan satu di Kabupaten Kampar.
Selain itu, ada enam orang pengungsi mandiri di Pekanbaru yang tidak ditanggung oleh IOM (International Organization for Migration), lembaga di bawah naungan UNHCR yang mengurus pengungsi.
Baca juga: Polemik menyekolahkan pengungsi anak di SD negeri di Pekanbaru. Begini penjelasannya
Baca juga: Rudenim Pekanbaru minta cabut izin 1 tempat penampungan pengungsi. Ini sebabnya
Hal itu terungkap dalam acara sosialisasi tentang penanganan pengungsi yang digelar Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pekanbaru untuk kalangan mahasiswa di Kota Pekanbaru, Rabu.
“Teman saya sering diganggu terutama yang perempuan oleh pengungsi, dan ada yang mengganggu juga mabuk,” kata seorang mahasiswa Stikes Hangtuah, Wahyudi.
Stikes Hang Tuah di Jalan Mustafa Sari lokasinya dekat dengan sebuah rumah penampungan pengungsi Wisma D’Cops. Rumah penampungan itu khusus untuk laki-laki yang statusnya lajang. Mereka kerap mengganggu mahasiswa Stikes Hang Tuah yang mayoritas perempuan.
Menurut informasi, pengungsi di Wisma D’Cops ada yang suka mabuk tuak yang mudah ditemukan di warung-warung di daerah itu. Berdasarkan data Rudenim Pekanbaru, jumlah pelanggaran di rumah penampungan tersebut memang paling tinggi.
Wahyudi mengatakan perlu ada pengawasan lebih ketat terhadap pengungsi tersebut agar tidak terus menimbulkan keresahan.
“Kami masih tahu sopan santun jadi tidak mau menyerang mereka balik dan ada pihak yang lebih punya tanggung jawab untuk menertibkannya,” kata Wahyudi.
Menanggapi hal ini, Kepala Rudenim Pekanbaru Junior Sigalingging meminta mahasiswa untuk segera melapor apabila ada pengungsi yang mengganggu ketertiban. Pelaporannya bisa melalui website maupun nomor telepon petugas Rudenim Pekanbaru.
Selama ini memang tidak ada petugas Rudenim yang berjaga di rumah penampungan, hanya melakukan patroli rutin.
“Kami tidak bisa mengawasi 24 jam. Kalau ada yang mengganggu segera laporkan ke kami,” ujarnya.
Ia mengatakan Rudenim Pekanbaru kini mengawasi 1.026 pencari suaka dan pengungsi. Mereka ditempatkan di delapan rumah penampungan mayoritas di Kota Pekanbaru dan satu di Kabupaten Kampar.
Selain itu, ada enam orang pengungsi mandiri di Pekanbaru yang tidak ditanggung oleh IOM (International Organization for Migration), lembaga di bawah naungan UNHCR yang mengurus pengungsi.
Baca juga: Polemik menyekolahkan pengungsi anak di SD negeri di Pekanbaru. Begini penjelasannya
Baca juga: Rudenim Pekanbaru minta cabut izin 1 tempat penampungan pengungsi. Ini sebabnya