Pertamina dan Saudi Aramco sepakat lanjutkan kerja sama Kilang Cilacap
Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco sepakat untuk melanjutkan kerja sama dalam menyiapkan pengembangan Kilang Cilacap bagi keuntungan kedua pihak
Kesepakatan ini dicapai di sela-sela pertemuan G20 di Jepang yang dihadiri oleh Menteri Energi, Industri, dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi (yang juga menjadi Chairman Saudi Aramco), Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Baca juga: Pertamina siagakan SPBU kantong dan motoris di jalur mudik Riau
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Selasa, menjelaskan kedua pihak sepakat untuk bersama-sama melibatkan reputable financial advisor dalam rangka finalisasi valuasi dan skema kerja sama.
Hal ini penting untuk menjamin kerja sama pengembangan Kilang Cilacap akan menguntungkan bagi kedua belah pihak.
“Kami menyambut baik kesepakatan ini, semoga menjadi win-win solution yang dapat diterima oleh kedua belah pihak dan mempercepat dimulainya pengembangan Kilang Cilacap,” katanya.
Fajriyah menambahkan perjanjian pengembangan bersama antara Pertamina dengan Saudi Aramco yang tengah berjalan saat ini sedianya akan berakhir pada akhir Juni 2019. Namun dengan kesepakatan ini, akan diperpanjang sampai akhir September 2019.
"Dengan demikian, valuasi dan skema kerja sama antara Pertamina dengan Aramco untuk Kilang Cilacap harus selesai dalam tiga bulan ke depan," tambahnya.
Untuk mendukung hal tersebut, Pemerintah akan membentuk tim gabungan dari Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, dan Pertamina.
Dalam melaksanakan tugasnya, tim tersebut akan didampingi oleh BPKP dan Jamdatun untuk memastikan seluruh proses yang dijalankan sesuai dengan aspek tata kelola yang baik dan peraturan perundangan yang berlaku.
Seperti diketahui, pengembangan Kilang Cilacap merupakan bagian dari enam proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan New Grass Root Refinery (NGRR) untuk meningkatkan kapasitas produksi bahan bakar minyak Pertamina, dari saat ini sekitar satu juta barel per hari menjadi sekitar dua juta barel per hari. Keenam proyek tersebut adalah RDMP Cilacap, RDMP Balikpapan, RDMP Balongan, RDMP Dumai, NGRR Tuban dan NGRR Bontang.
Selain meningkatkan kapasitas kilang, kualitas produk yang dihasilkan pun akan lebih baik yaitu mencapai standar Euro V yang lebih ramah lingkungan.
Sebelumnya, Pertamina juga telah menyelesaikan proyek Langit Biru Cilacap, yang mulai dioperasikan sejak Maret 2019, sehingga saat ini Kilang Cilacap telah memproduksi BBM yang lebih ramah lingkungan dengan standar Euro IV.
Baca juga: Menristekdikti Tinjau Pengolahan BBM Nabati Solar Pertamina Dumai
Baca juga: Masa peralihan Blok Rokan bakal pengaruhi sektor migas Riau. Begini penjelasannya
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Kesepakatan ini dicapai di sela-sela pertemuan G20 di Jepang yang dihadiri oleh Menteri Energi, Industri, dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi (yang juga menjadi Chairman Saudi Aramco), Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Baca juga: Pertamina siagakan SPBU kantong dan motoris di jalur mudik Riau
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Selasa, menjelaskan kedua pihak sepakat untuk bersama-sama melibatkan reputable financial advisor dalam rangka finalisasi valuasi dan skema kerja sama.
Hal ini penting untuk menjamin kerja sama pengembangan Kilang Cilacap akan menguntungkan bagi kedua belah pihak.
“Kami menyambut baik kesepakatan ini, semoga menjadi win-win solution yang dapat diterima oleh kedua belah pihak dan mempercepat dimulainya pengembangan Kilang Cilacap,” katanya.
Fajriyah menambahkan perjanjian pengembangan bersama antara Pertamina dengan Saudi Aramco yang tengah berjalan saat ini sedianya akan berakhir pada akhir Juni 2019. Namun dengan kesepakatan ini, akan diperpanjang sampai akhir September 2019.
"Dengan demikian, valuasi dan skema kerja sama antara Pertamina dengan Aramco untuk Kilang Cilacap harus selesai dalam tiga bulan ke depan," tambahnya.
Untuk mendukung hal tersebut, Pemerintah akan membentuk tim gabungan dari Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, dan Pertamina.
Dalam melaksanakan tugasnya, tim tersebut akan didampingi oleh BPKP dan Jamdatun untuk memastikan seluruh proses yang dijalankan sesuai dengan aspek tata kelola yang baik dan peraturan perundangan yang berlaku.
Seperti diketahui, pengembangan Kilang Cilacap merupakan bagian dari enam proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan New Grass Root Refinery (NGRR) untuk meningkatkan kapasitas produksi bahan bakar minyak Pertamina, dari saat ini sekitar satu juta barel per hari menjadi sekitar dua juta barel per hari. Keenam proyek tersebut adalah RDMP Cilacap, RDMP Balikpapan, RDMP Balongan, RDMP Dumai, NGRR Tuban dan NGRR Bontang.
Selain meningkatkan kapasitas kilang, kualitas produk yang dihasilkan pun akan lebih baik yaitu mencapai standar Euro V yang lebih ramah lingkungan.
Sebelumnya, Pertamina juga telah menyelesaikan proyek Langit Biru Cilacap, yang mulai dioperasikan sejak Maret 2019, sehingga saat ini Kilang Cilacap telah memproduksi BBM yang lebih ramah lingkungan dengan standar Euro IV.
Baca juga: Menristekdikti Tinjau Pengolahan BBM Nabati Solar Pertamina Dumai
Baca juga: Masa peralihan Blok Rokan bakal pengaruhi sektor migas Riau. Begini penjelasannya
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan