Amendemen Kontrak Gas Kalila Dikhawatirkan Rugikan PLN

id amendemen kontrak, gas kalila, dikhawatirkan rugikan pln

Pekanbaru, 2/9 (ANTARA) - Rencana amendemen kontrak pasokan gas PT Kalila Energy untuk bahan bakar pembangkit listrik PLN di Kota Pekanbaru, Riau, dikhawatirkan justru merugikan PLN dalam investasi jangka panjang.

Humas PLN Wilayah Riau-Kepri Delvis Bustami di Pekanbaru, Kamis, mengatakan PLN kemungkinan besar tidak akan membangun pembangkit listrik di mulut sumur (well mouth) gas Kalila seperti rekomendasi dalam perubahan kontrak GSA (Gas Sale Agreement).

"Kami tidak pernah tahu berapa sesungguhnya cadangan gas Kalila. Kalau pembangkit listrik dibangun tapi ternyata produksi gas Kalila habis dalam dua tahun, misalnya, tentu PLN akan merugi," ujarnya.

Ia mengatakan, pihaknya masih berpegang pada janji Kalila bahwa pasokan gas ke pembangkit di Pekanbaru akan dipenuhi pada akhir 2010 karena selain sumber gas Kalila berasal dari sumur tua, produksi gas perusahaan itu juga dibagi untuk memasok gas ke perusahaan bubur kertas PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).

"Mereka janji akhir tahun ini, lihat saja nanti bagaimana hasilnya," ujarnya.

PT Kalila terikat kontrak GSA dengan PT PLN untuk memasok gas sebanyak 30 juta meter standar kaki kubik atau MMSCFD untuk pembangkit listrik Teluk Lembu, Pekanbaru pada 2005. Pasokan gas itu direncanakan diambil dari lapangan Seng dan Segat, Kabupaten Pelalawan. Dengan pasokan gas itu, PLN bisa meningkatkan kemampuan pembangkit Teluk Lembu dari 40-50 megawatt (MW) menjadi 100 MW.

Namun, hingga kini Kalila belum bisa memenuhi kontrak itu akibat biaya ganti rugi lahan untuk pemipaan dari sumur gas ke pembangkit listrik sepanjang 50 kilometer membengkak hingga Rp500 miliar.

Karena itu, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) merekomendasikan amendemen kontrak agar pasokan gas dengan pemipaan diganti dengan pembangunan pembangkit listrik di mulut sumur gas Kalila.

Pewarta :
Editor: Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2010

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.