Pekanbaru, (Antarariau.com) - Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Riau mengirimkan tim guna membantu proses penyidikan kebakaran lahan gambut di Desa Lukun, Kabupaten Kepulauan Meranti.
"Tim kita turunkan untuk membantu penyelidikan yang sekarang dilakukan Polres Meranti," kata Direktur Kriminal Khusus Polda Riau, Kombes Pol Arif Gidion Setiawan di Pekanbaru, Jumat.
Dia menuturkan, penyidik gabungan kepolisian akan menyelidiki asal atau sumber kebakaran yang menghanguskan hamparan gambut di Pulau Tebing Tinggi, perbatasan Selat Malaka tersebut.
Asal api juga akan berpengaruh pada proses penyidikan lahan yang terbakar di daerah itu, karena tidak hanya milik masyarakat, kebakaran juga melanda lahan perusahaan PT Nasional Sagu Prima.
Polda Riau sejauh ini telah menetapkan empat tersangka dari 15 kasus kebakaran lahan dan hutan. Para tersangka yang seluruhnya perseorangan atau petani hortikultura itu ditangkap jajaran Polres Dumai, Rokan Hulu dan Pelalawan.
Sementara, Polres Meranti hingga kini belum bisa mengungkap pelaku pembakar lahan di Desa Lukun. Padahal, wilayah Meranti merupakan wilayah terparah mengalami kebakaran dibanding tiga Polres diatas.
"Untuk itu kita turunkan tim guna memperkuat penyelidikan, termasuk lahan perusahaan itu," ujarnya.
Dilain sisi, akademisi Universitas Riau mengungkap bahwa kebakaran lahan gambut yang terjadi di Desa Lukun, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti lebih parah dibanding data yang disajikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau.
Akademisi sekaligus peneliti Universitas Riau, Dr Sigit Sutikno ST, MT mengatakan, hasil perhitungan yang dilakukan oleh timnya, kebakaran lahan gambut di Meranti mencapai mencapai 1.224 hektare.
"Kami yakin dengan data yang kami peroleh. Estimasi luas lahan gambut terbakar di Meranti 1.224 hektare," kata Dr Sigit Sutikno ST, MT kepada Antara medio pekan ini.
Sementara, berdasarkan data dari BPBD Riau per tanggal 26 Februari 2018, luas kebakaran lahan Meranti, tepatnya di Desa Lukun hanya 213 hektare.
Sigit menjelaskan data kebakaran gambut yang ia peroleh tersebut berdasarkan pemetaan yang dilakukannya selama 15 hari, sejak tanggal 9 hingga 24 Februari 2018.
Ia menjabarkan, data tersebut diperoleh melalui sejumlah metode. Diantaranya adalah menggunakan drone atau pesawat tanpa awak jenis UAV Drone DJI Phantom-4 Pro. Drone tersebut diterbangkan dengan ketinggian 100 meter dengan resolusi 2 sentimeter.
Selain itu, dosen Fakultas Teknik, Universitas Riau tersebut juga menggunakan analisis Citra Satelit Landsat 8 serta menggunakan Global Positioning System.
Hasilnya, diperoleh estimasi kebakaran yang mencapai lebih dari 1.224 hektare, atau 600 persen lebih luas dibanding data dari BPBD, yang merupakan bagian dari Satuan Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Karhutla Riau.
Menariknya, data yang disampaikan oleh Sigit juga jauh lebih besar dibanding dengan data total luas kebakaran lahan yang terjadi di seluruh Riau.
BPBD menyatatan, hingga tanggal 26 Februari 2018, data kebakaran di seluruh wilayah Riau yang mencakup 11 kabupaten kota seluas 731,5 hektare. Data BPBD tersebut juga mewakili data dari Satga Karhutla Provinsi Riau.