Tak banyak titik panas, lahan terbakar di Meranti capai 115 hektare

id Karhutla di Meranti ,BPBD Meranti

Tak banyak titik panas, lahan terbakar di Meranti capai 115 hektare

Penampakan kebakaran lahan dan hutan (karhutla) yang masih belum padam di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, belum lama ini. (ANTARA/HO-BPBD Meranti)

Selatpanjang (ANTARA) - Kabupaten Kepulauan Meranti menjadi wilayah terbanyak yang terpantau munculnya titik panas (hot spot). Dari data diperoleh, ada 58 titik panas yang terpantau di Meranti dari 124 titik se Provinsi Riau.

Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Meranti, Muhlisin mengungkapkan karhutla di Meranti telah meluas secara signifikan, dengan total luasan mencapai seratusan hektare.

"Kita sangat khawatir akan dampak serius yang mungkin ditimbulkan dari kebakaran ini. Karena saat ini total luas lahan yang mengalami kebakaran mencapai 115 hektare," ujar Muhlisin, Rabu.

Ia merincikan luas kebakaran tersebut terjadi di Desa Penyagun, seluas 30 hektare, Desa Telesung seluas 25 hektare, Desa Tanjung Kedabu yang berbatasan dengan Telesung dan meluas ke Desa Bungur mencapai 30 hektare, Desa Sungai Gayung Kiri seluas 8,5 hektare dan Desa Tanah Merah seluas 1,5 hektare.

Sementara itu di Desa Renak Dungun seluas 7 hektare, Desa Mantiasa luasnya 6,5 hektare, Desa Tanjung Peranap luasnya 5 hektare dan di Selatpanjang Kota luasnya 1 hektare.

"Tim penanggulangan karhutla saat ini sedang melakukan upaya pendinginan di lapangan, meskipun dihadapi oleh sejumlah kendala yang signifikan," sebut Muhlisin.

Ia mengungkapkan salah satu kendala utama yang dihadapi adalah kedalaman gambut di area yang terbakar dan membuat proses pemadaman menjadi lebih sulit dan memakan waktu. Selain itu, kecepatan dan kencangnya angin juga menjadi faktor yang memperparah situasi, karena memudahkan api menyebar ke area yang lebih luas dan sulit dijangkau.

"Tak hanya itu, jarak yang jauh dari sumber air juga menjadi tantangan tambahan bagi tim penanggulangan karhutla. Hal ini mempersulit proses pengangkutan air untuk digunakan dalam upaya pemadaman," kata Muhlisin.

Meskipun dihadapkan pada kendala tersebut, Muhlisin menegaskan bahwa tim penanggulangan terus bekerja keras untuk mengatasi situasi tersebut. Berkat upaya itu, sejauh ini di beberapa lokasi titik api berhasil dipadamkan dan hanya tinggal dilakukan pendinginan saja.

"Seluruh personel sudah dikerahkan untuk melakukan upaya pemadaman yang lebih besar dan melakukan koordinasi yang baik antar instansi terkait. Beberapa petugas juga masih bertahan di lapangan selama berhari-hari untuk memastikan api tidak kembali menyala," tuturnya.

Dengan upaya kolektif dari berbagai pihak, ia berharap pemadaman karhutla dapat dilakukan secara efektif dan efisien guna mengurangi dampak negatifnya bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Diungkapkan Muhlisin, bahwa pihaknya juga telah berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Riau untuk meminta bantuan water bombing dalam upaya penanggulangan karhutla yang melanda wilayah tersebut. Water bombing ini menjadi solusi efektif dalam memadamkan api yang sulit dijangkau di area hutan dan lahan yang terbakar.

"Kita juga sudah berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Riau dan berupaya meminta bantuan untuk segera dilakukan water bombing terhadap lahan yang terbakar. Mudah-mudahan ini cepat ditangani," ujarnya lagi.

Di sisi lain, dia meminta masyarakat setempat untuk berperan aktif dalam pencegahan karhutla dengan tidak membakar lahan sembarangan. Jika melihat kejadian yang mencurigakan agar segera melaporkan pihak berwenang.

"Masyarakat harus berperan aktif untuk mengantisipasi terjadinya karhutla. Sebab selain mengancam lingkungan dan kelestarian hutan, karhutla juga berdampak buruk pada kesehatan akibat kabut asap yang terbawa angin," pungkasnya.