Selatpanjang (ANTARA) - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih terus melanda wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, membuat tim gabungan masih terus berjibaku melakukan pemadaman.
Dari hasil penyelidikan, polisi telah menetapkan satu orang sebagai tersangka kebakaran lahan di Desa Tanjung Medang, Kecamatan Rangsang. Sedangkan untuk karhutla di Desa Tanjung Peranap, Kecamatan Tebingtinggi Barat, penyelidikan masih berlangsung.
“Untuk kasus di Tanjung Medang, satu tersangka sudah kita amankan. Lahan yang terbakar juga sudah berhasil padam. Sementara di Tanjung Peranap masih tahap penyelidikan karena proses pemadaman dan pendinginan masih berlangsung,” ungkap Kapolres Kepulauan Meranti, AKBP Aldi Alfa Faroqi, Rabu.
Kebakaran di Tanjung Medang terjadi pada Rabu (9/7/2025), membakar sekitar setengah hektare kebun kelapa. Peristiwa itu terungkap setelah seorang saksi bernama Amiruddin alias Nik melihat asap masuk ke dalam rumahnya. Saat menelusuri asal asap, ia mendapati kebun milik Khairunnas dalam kondisi terbakar.
Kepada petugas, pemilik kebun mengakui telah membakar tumpukan semak dan pelepah kelapa kering. Setelah dilakukan penyelidikan, Unit Tipidter Satreskrim Polres Meranti menetapkan HW (49) sebagai tersangka pada 24 Juli 2025.
“Tersangka HW telah memenuhi dua alat bukti dan resmi kami tahan. Saat ini proses penyidikan masih terus berjalan,” tegas Kapolres.
HW dijerat dengan Pasal 78 ayat (4) jo Pasal 50 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagaimana telah diubah dengan UU Cipta Kerja, serta pasal-pasal pidana KUHP terkait pembakaran.
Polisi juga menyita sejumlah barang bukti, antara lain satu bilah parang, satu buah korek api, dan dua rumpun rumput (masing-masing terbakar dan belum terbakar).
Api hidup kembali di Tanjung Peranap
Sementara itu, kondisi di Desa Tanjung Peranap masih memprihatinkan. Meski sempat padam setelah sepuluh hari pendinginan, api kembali menyala pada hari ke-11 dan meluas dengan cepat dan tim gabungan langsung melakukan pemadaman darurat.
Kapolres AKBP Aldi mengakui bahwa pihaknya bersama TNI Badan Penanggulangan Bencana dan Daerah (BPBD), Masyarakat Peduli Api (MPA) dan lainnya masih terus berjibaku di lapangan. Diakuinya, kendala saat ini adalah keterbatasan sumber air.
"Kita sudah membangun belasan embung untuk mendapatkan sumber air dalam mengatasi karhutla. Namun masih saja api belum berhasil padam sepenuhnya," katanya.
Menurutnya, dalam mengatasi karhutla, hujan menjadi kunci utama. Oleh karena itu, dirinya berharap bisa segera turun hujan di Kepulauan Meranti, khususnya di lokasi karhutla.
Kapolsek Tebingtinggi Barat, Iptu Iskandar Nopianto menginformasikan, personel yang terlibat untuk membantu proses pendinginan diantaranya, Polri, TNI, BPBD, MPA Desa Tanjung Peranap dan karyawan PT ITA.
"Kami masih di lapangan untuk proses pemadaman dan pendinginan. Api sempat meluas kemarin pada hari kesebelas. Kita langsung mengatasinya secara bersama agar tidak semakin meluas," katanya.
Untuk diketahui, luas karhutla di Tanjung Peranap lebih kurang 50 hektare. Lahan yang terbakar meliputi semak belukar dan vegetasi hutan lainnya.