Klungkung (Antarariau.com) - Ratusan pengungsi Gunung Agung di Kabupaten Klungkung, Bali mengikuti Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila bertempat di Lapangan GOR Swecapura, Kota Semarapura, Minggu.
"Kami tidak menganggap saudara-saudara yang mengungsi sebagai pengungsi. Tetapi lebih dari itu saudara-saudara merupakan keluarga kami yang perlu diperhatikan," kata Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta saat memberikan sambutan, Minggu.
Menurut dia, bencana yang terjadi merupakan cobaan bagi masyarakat Klungkung untuk mempererat tali persaudaraan dan kekerabatan. Bali memiliki konsep lokal jenius yang sangat adiluhung yakni "Menyame Braye" atau persaudaraan.
Bukan hanya itu saja, dia menilai bahwa siapapun yang menetap atau bertugas di Kabupaten Klungkung diharapkan bersama-sama bergandengan tangan dalam menghadapi cobaan dan ujian yang ada saat ini.
"Mari tetap senyum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan makna gerakan masyarakat santun dan inovatif (Gema Santi)," terangnya.
Terkait Hari Kesaktian Pancasila, dirinya juga menjelaskan bahwa makna lima sila yang ada adalah pedoman dan pegangan dalam melaksanakan kehidupan sehari hari.
Pancasila sebagai ideologi bangsa juga merupakan ideologi yang tidak tergantikan dan tidak dapat ditawar tawar lagi
Sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara. "Mari bersyukur dan senantiasa berbuat baik sesuai makna Pancasila," katanya.
Bupati asal Nusa Ceningan tersebut juga mendorong sikap saling menghargai antarsesama agar dikokohkan lagi dengan mengutamakan musyawarah mufakat.
"Mengenai hal tersebut saya kira sudah berjalan baik di Klungkung," ungkapnya memperjelas.
Salah satu pengungsi, Nengah Jata mengatakan bahwa dirinya baru pertama kali mengikuti apel Kesaktian Pancasila. "Saya baru pertama kali dan berharap semoga bencana yang saya alami ini tetap berlalu," demikian Jata.
Sementara itu, data jumlah pengungsi total di Kabupaten Klungkung mencapai lebih dari 27 ribu orang dari total pengungsi di Pulau Dewata mencapai sekitar 144.389 orang tersebar di sembilan kabupaten/kota di Bali.
Sebagian besar pengungsi ditampung di Gedung Olahraga (GOR), tenda pengungsian darurat, balai masyarakat, balai banjar dan tempat pengungsian mandiri lain yang tersebar di beberapa wilayah.