Pekanbaru (ANTARA) - Ratusan pencari suaka dari berbagai negara konflik yang tertahan di Kota Pekanbarukembali menggelar unjuk rasa ke organisasi internasional untuk migrasi atau International organizations for migration (IOM) yang berkantor di Gedung Graha Pena, Pekanbaru, Riau.
Aksi yang digelar dengan jumlah massa yang lebih besar mencapai lebih dari 300 orang pada Senin hari ini merupakan yang kedua kalinya setelah dilakukan pada awal Agustus 2019 lalu.
Ije, seorang pengungsi pria asal Irak yang telah berada di Pekanbaru sejak 2013 silam itu mengatakan aksi ini dilakukan agar IOM dan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi atauUnited Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) mendengarkan suara mereka.
"Kami ingin organisasi internasional mendengarkan suara kami. Sudah tujuh tahun kami di sini hidup dalam keterbatasan. Tidak ada pekerjaan dan anak-anak kami tidak mendapat pendidikan," kata pria yang fasih berbahasa Inggris tersebut.
Dia meminta agar organisasi internasional segera memproses ke negara tujuan. Selain itu, melalui aksi yang turut melibatkan anak-anak dan wanita tersebut juga ingin agar negara ke tiga yang menjadi tujuan mereka melakukan tindakan agar menerima keberadaan mereka.
Sejauh ini, dia menuturkan terus berkomunikasi dengan IOM terkait tuntutan itu. Akan tetapi, tidak ada respon dari organisasi itu untuk mencarikan jalan keluar. Sehingga aksi lanjutan ini kembali digelar untuk kedua kalinya.
"Kita selalu ketemu IOM. Selalu vokal dengan mereka. Tapi masalahnya mereka tidak mendengarkan kami," tuturnya.
Secara umum, dia mengatakan meski hidup serba keterbatasan di Indonesia, ia mengaku berterima kasih kepada masyarakat Pekanbaru dan Riau serta pemerintah yang telah memperlakukan mereka dengan sangat baik selama ini.
"Meski kita diterima dengan baik, tapi kita tidak mendapat hak, kita tidak bisa kerja, sangat terbatas. Kami orang normal. Kami ke sini untuk mulai hidupbaru. Tapi tidak ada yang terjadi, kami hanya membeku di sini," ujarnya.
Senada dengan Ije, Azad, imigran asal Afghanistan yang juga terlibat dalam aksi damai dan mendapat penjagaan dari personel kepolisian itu mengatakan bahwa keluarga mereka di negara asal sangat terancam. Bahkan, dua hari lalu dia mengatakan ada insiden pengeboman di Kabul, Afghanistan yang merenggut belasan nyawa.
Dia ingin agar dunia mendengarkan suara mereka yang terus terpinggirkan. Dia juga mengaku akan menggelar aksi serupa jika aksi tersebut masih belum mendapat respon dari organisasi internasional dan negara tujuan. "Kami manusia juga. Tolong dengarkan suara kami," harapnya.
Azad mengatakan terdapat 14.000 pencari suaka se Indonesia, dan 1.000 diantaranya yang terlupakan di Pekanbaru. "Tolong dengarkan suara kami. Lihatlah wajah-wajah kami. Ada begitu banyak pengungsi di sini," katanya lagi.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada perwakilan IOM maupun UNHCR yang menemui mereka. Sebelumnya, aksi serupa juga digelar para pencari suaka di sejumlah wilayah di Indonesia seperti Tanjung Pinang, Kepulauan Riau serta di Jakarta.
Baca juga: Ratusan pencari suaka di Pekanbaru demo kantor IOM
Baca juga: Mahasiswa Stikes Hang Tuah Pekanbaru keluhkan sering diganggu pengungsi mabuk
Berita Lainnya
14 imigran etnis Rohingya di Aceh Timur kabur
12 April 2024 19:01 WIB
Imigrasi Selatpanjang patroli ke Pulau Rangsang cegah imigran ilegal
31 January 2024 14:38 WIB
Hampir 100 migran dilaporkan tewas di Mediterania pada bulan pertama 2024
30 January 2024 10:55 WIB
Ternyata, imigran Rohingya bayar Rp66 juta untuk ke Indonesia
15 December 2023 15:07 WIB
PM Polandia tuding Rusia, Belarus gunakan imigran untuk ganggu negaranya
14 August 2023 10:59 WIB
27 imigran asal Myanmar dipindah ke Pekanbaru
25 July 2023 15:52 WIB
Meliput isu imigran dan pengungsi di Riau perlu komprehensif
18 June 2023 20:52 WIB
Sebuah kapal pengangkut 184 imigran Rohingya ke Aceh langsung kabur
28 March 2023 10:59 WIB