Ribuan imigran tanpa dokumen telah ditahan sejak Donald Trump mulai menjabat

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, imigran

Ribuan imigran tanpa dokumen telah ditahan sejak Donald Trump mulai menjabat

Ilustrasi - Bendera Amerika Serikat. (ANTARA/Pixabay)

Istanbul (ANTARA) - Sekitar 14.000 imigran tanpa dokumen telah ditangkap sejak Presiden Donald Trump mulai menjabat, kata Kepala Penegakan Perbatasan AS, Tom Homan, dalam wawancara dengan radio 77 WABC pada Selasa (11/2).

Ia juga mengungkapkan bahwa jumlah imigran yang melintasi perbatasan secara ilegal telah menurun hingga 92 persen dalam periode yang sama, mencerminkan penurunan signifikan jumlah orang yang masuk tanpa dokumen perjalanan yang sah.

"Kami telah mengamankan perbatasan dengan cukup baik. Kami belum selesai, tetapi kondisi perbatasan sudah jauh lebih baik," ujar Homan.

Ia menambahkan bahwa banyak dari imigran yang ditangkap memiliki catatan kriminal, meskipun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Lebih lanjut, Homan menyoroti bahwa lebih dari 600.000 imigran tanpa dokumen di AS memiliki latar belakang kriminal, sehingga menimbulkan kekhawatiran terhadap keselamatan publik.

Sementara itu, CBS News melaporkan bahwa pemerintahan Trump mengirim imigran ilegal yang dianggap "berisiko rendah" ke Guantanamo Bay, meskipun sebelumnya berjanji hanya akan menahan "yang paling berbahaya" di sana.

Dalam beberapa pekan terakhir, Trump telah memerintahkan pembangunan kamp tahanan di Guantanamo Bay yang dapat menampung hingga 30.000 imigran ilegal dengan catatan kriminal berat, yang dianggap sebagai ancaman bagi masyarakat AS.

Namun, dokumen internal pemerintah mengungkapkan bahwa beberapa tahanan tidak memiliki catatan kriminal serius atau bahkan tidak memiliki catatan kriminal sama sekali. Mereka dideportasi hanya karena pelanggaran administratif dalam imigrasi.

Menurut laporan tersebut, imigran berisiko rendah ditempatkan di fasilitas menyerupai barak, sementara tahanan berisiko tinggi ditahan di sel dengan keamanan maksimum.

CBS News juga menyebutkan bahwa perwakilan dari Departemen Keamanan Dalam Negeri AS menolak memberikan komentar terkait laporan tersebut.

Baca juga: Amerika Serikat kembali deportasi lebih dari 200 warga India melalui pesawat militer

Baca juga: Puluhan WNA Bangladesh terdampar di Meranti, satu tekong melarikan diri

Sumber: Anadolu