Tembilahan (Antarariau.com) - Dinas Sosial Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau akhirnya membawa Kamariah, nenek tua lumpuh, yang tinggal diemperan sebuah ruko dikawasan pasar Jongkok Kota Tembilahan, ke rumah singgah.
"Ya, untuk sementara ini kita menuggu nenek Kamariah diserahkan kepada pihak Dinsos dari Satpol PP. Dalam hal ini, kita tidak ada hak untuk mengamankan ibu Kamariah apalagi kita tidak memiliki rumah lansia atau semacam panti jompo, melainkan hanya rumah singgah," kata Kepala Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial, Dinsos Inhil Syaiful Kelana saat di konfirmasi.
Syaeful mengakui, pihaknya memiliki keterbatasan untuk mengurus nenek berusaia 70 tahun itu. Rumah singgah yang disediakanpun hanya bisa menampung selama tiga hari.
"Namun ketika diserahkan ke Dinsos, Kita akan tempatkan di rumah singgah. Di sana, akan kita upayakan untuk memeriksa kesehatan dan keperluan lainnya," ujarnya.
Syaeful mengatakan, pihaknya juga telah membicarakan kelanjutan tempat tinggal nenek Komariah setelah nantinya keluar dari rumah singgah.
Lebih lanjut ia mengatakan, dalam waktu tiga hari tersebut, Dinsos juga berupaya mengirim nenek Komariah ke rumah jompo di Pekanbaru.
"itupun jika keluarganya menyetujui. Karena siapapun yang berada di sana akan tinggal dalam jangka waktu lama dan dituntut untuk mandiri," ucapnya.
Jika memang bersedia di bawa ke panti Jompo Pekanbaru, perlu adanya persetujuan dari keluarga karena ini merupakan syarat utama rekomendasi.
Sementara itu, anak Kamariah, Udin (54) mengaku berat pisah dengan orang tuanya.
"Saya masih bisa mengurusi ibu saya, dia lumpuh. Tak bisa hidup mandiri," tuturnya.
Untuk diketahui, nenek Kamariah tinggal di emperan sebuah ruko di kawasan pasar Kota Tembilahan sekira sudah selama tiga bulan lamanya. Wanita lanjut usia ini tak sendiri, ia bersama seorang putranya Udin (54) yang bekerja sebagai tukang becak.
Awalnya, kata Udin ia tinggal bersama ibunya di rumah salah satu keluarganya. Melihat kondisi rumah yang sudah terlalu ramai akhirnya Udin memutuskan membawa ibunya keluar dari rumah keluarganya tersebut dan tinggal berpindah-pindah di seputar Kota Tembilahan selama lima tahun.
Ironisnya lagi, kondisi tempat tinggal keduanya ini jauh dari kata layak. Bagaimana tidak, selain tempat terbuka dan berukuran kecil, tempat itu juga rawan kebanjiran disaat air pasang tinggi.
"Kalau sudah surut barulah bisa istirahat. Ibu saya sudah tiga bulan ikut saya dan saya sendiri hidup seperti ini sudah lima tahun tapi berpindah-pindah lokasi," kata Udin.
Nenek Kamariah sekarang dalam keadaan lumpuh sehingga tidak mampu beraktifitas. Sedangkan Udin sendiri, kesehariannya hanya menyandarkan penghasilan sebagai penarik becak yang pendapatannya juga jauh dari kata cukup yakni sebesar Rp 30.000 per hari, itupun terkadang.
"Itu pendapatan paling besar tapi jarang sekali dapat segitu, paling sering itu tak ada dapat sama sekali. Jadi, perut lapar itu sudah biasa," ungkapnya. (ADV)
Oleh: Adriah Akil
Berita Lainnya
Dinsos Inhil akan maksimalkan fungsi rumah singgah
04 March 2021 19:08 WIB
Ketua DPRD Inhil desak Pemkab anggarkan dana untuk warga terdampak COVID-19
09 April 2020 15:24 WIB
Legislator : Dinsos Inhil Harus Tetap Akomodasi Masyarakat Miskin Peserta PBI
24 January 2018 14:45 WIB
DPRD Inhil Akan Panggil Dinsos Terkait Verifikasi Masyarakat Miskin
02 October 2017 23:50 WIB
Dinsos Inhil Diminta Segera Integrasikan Hasil Verifikasi Masyarakat Miskin
29 September 2017 21:55 WIB
Tim SAR upayakan evakuasi delapan orang penambang terjebak di Banyumas
26 July 2023 16:17 WIB
BNPB Upayakan Evakuasi Hewan Ternak Warga Pengungsi Gunung Agung
06 October 2017 9:50 WIB
TNI bangun asrama rumah singgah dan renovasi gedung sekolah di batas RI-Malaysia
01 April 2024 14:05 WIB