Profesor Jepang Tawarkan Kerja Sama Penelitian Abrasi Di Bengkalis

id profesor jepang, tawarkan kerja, sama penelitian, abrasi di bengkalis

Profesor Jepang Tawarkan Kerja Sama Penelitian Abrasi Di Bengkalis

Bengkalis (Antarariau.com)- Profesor Koichi Yamamoto asal Yamaguchi University, Jepang, menawarkan kerja sama penelitian masalah abrasi pada lahan gambut di Pulau Bengkalis, Provinsi Riau.

Pernyataan penawaran kerja sama penelitian itu disampaikan Profesor Koichi Yamamoto dalam pemaparannya di hadapan Plt Sekretaris Daerah (Sekda) Arianto, Kepala Balitbang Bengkalis Sopian Hadi dan sejumlah penjabat dari Badan Lingkungan Hidup Bengkalis dalam pertemuan digelar, Rabu.

"Untuk mengajukan proposal ke Pemerintah Jepang, dibutuhkan dukungan dari pemerintah dan perguruan tinggi setempat," kata Prof Koichi Yamamoto yang diterjemahkan oleh Dr. Sigit Sutikno, dosen dan peneliti dari Universitas Riau.

Profesor asal Matahari Terbit ini, melakukan penelitian masalah gambut sejak tahun 2013 dan berakhir pada 2016, dan penelitian tentang masalah abrasi pada lahan gambut di Pulau Bengkalis ini mendapat perhatian Yamaguchi University, bahkan Pemerintah Jepang menyediakan dana sebesar 9,6 juta Yen atau sekitar Rp 9,6 miliar, dan Sumber dana dari Pemerintah Jepang dapat direalisasikan, dengan syarat penelitian tersebut mendapat dukungan dan respon positif dari pemerintah dan perguruan tinggi setempat.

Terkait penawaran tersebut, Plt Sekda Bengkalis Arianto menyambut baik keinginan Prof Koichi Yamamoto untuk melakukan penelitian lanjutan tentang abrasi di kawasan lahan gambut.

"Terlebih lagi, Pemerintah Jepang menyediakan dana sebesar Rp 9,6 miliar, kalau syaratnya butuh dukungan dari Pemerintah daerah, tentu kita sangat mendukung sekali," kata Arianto.

Arianto berharap kepada Prof Koichi Yamamoto, agar program dan dana yang dikucurkan ke Bengkalis tidak hanya bersifat pada program penelitian, tapi diimbangi aksi nyata, seperti program bantuan untuk pembangunan pemecah gelombang.

Ia menjelaskan, penanganan dan penanggulangan masalah abrasi, selain dalam bentuk penelitian, namun yang sangat dibutuhkan pembangunan pemecah ombak.

Berdasarkan referensi dan penelitian selama ini, katanya dan menambahkan tingkat abrasi di Pulau Bengkalis sangat parah, kisaran 30-40 meter per tahun, khusus di lahan gambut, tingkat abrasi luar biasa parah, puncaknya terjadi pada musim hujan ditandai dengan longsor kemudian jatuh ke laut.

"Untuk menanggulangi persoalan ini, tentu butuh penanganan serius dari pemerintah maupun masyarakat dan mitra tarkait, sebelum dilakukan penanganan, harus dilakukan riset atau penelitian lebih matang, sehingga penanggulangan abrasi lebih maksimal," ujarnya.

Ia menjelaskan, meskipun, Pulau Bengkalis menghadapi abrasi terparah terutama di kawasan yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka, namun di sisi lain muncul daratan baru akibat sendimentasi. (ADV)