Pekanbaru (Antarariau.com) - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBM) berbahan baku limbah kulit sagu dan ampas di Kepulauan Meranti Riau membutuhkan investasi sekitar Rp100 miliar.
"Membangun Pembangkit PLTBM di Meranti investasinya tidak sedikit mencapai Rp100 miliar, investor dalam negeri sangat jarang yang mau menanamkan modal sebesar itu," kata Senior Electrical Enginer PT Nusantara Perkasa Djoko Budi Waluyo, calon investor di Meranti, Sabtu.
Djoko Budi Waluyo berniat menanamkan modal untuk pembangunan pembangkit limbah sagu ini di Meranti. Karena berpotensi mampu menghasilkan listrik berkekuatan empat Megawatt (MW).
Selain itu besarnya limbah sagu yang dihasilkan Meranti berupa kulit batang dan ampas sagu mencapai 9 juta ton per tahun.
"Jika potensi ini dimanfaatkan dan diolah menjadi Biomassa atau Syintetic Gas sebagai bahan bakar Pembangkit PLTBM Teknologi Gasifikasi bisa menghasilkan listrik empat MW," terang dia.
Ia juga yakin untuk jangka panjang ketersediaan bahan baku energi listrik selalu terjaga karena akan dipasok dari sekitar 60 kilang sagu yang tersebar di beberapa kecamatan Meranti seperti Tebing Tinggi Timur, Pulau Merbau, Tebing Tinggi Barat dan lainnya.
"Kami sangat serius ingin berinvestasi di Meranti untuk listrik dengan investasi Rp100 miliar," tegasnya.
Ia bahkan berjanji akan mengupayakan pendanaan dari investor dan pihak asing.
"Sejauh ini dari 60 proposal yang diajukan ke lembaga dan perusahaan asing telah disetujui sebanyak 20 proposal," katanya lagi meyakinkan.
Ia menambahkan untuk menghasilkan listrik empat MW itu, pihaknya cukup membutuhkan bahan baku kulit sagu dan ampas sebanyak kurang lebih 100 ton per hari atau 3.000 ton perbulannya.
Sementara dengan potensi limbah kulit sagu dan ampas di Kepulauan Meranti yang mencapai sembilan juta ton per tahun mencukupi kebutuhan bahan baku PLTBM tersebut bahkan lebih.
Seperti diketahui data yang terdapat di Dinas Pertambangan Kabupaten Meranti, jumlah Elektrifikasi yang mampu dipasok PT. PLN di wilayah setempat baru mencapai 77 Persen atau baru melayani 77 persen masyarakat, dengan beban puncak mencapai 11 MW.
Dengan penambahan empat MW itu maka diyakini akan mampu memenuhi kebutuhan listrik Meranti.