Pekanbaru (Antarariau.com) - Sekilas mata memandang tempat ini seperti alam karena terdapat miniatur pohon pada pilar gedung dan dihiasi dengan tanaman antorium dan bonsai beringin. Kenyataannya tempat ini adalah sebuah cafe dan resto yang bernama Lobax Natural.
Saya ingin menghadirkan suasana alam ditengah-tengah kota metropolis Pekanbaru, ungkap Muhtarom di Pekanbaru Kamis, (17/11).
Ia mengatakan, cafe dan resto yang didirikannya ini berbeda dari cafe lain. Karena menurutnya, manusiawi ketika seseorang menginginkan sesuatu yang berbeda. Misalnya, ketika orang desa libur tidak tertutup kemungkinan mereka ingin merasakan suasana di kota, begitu juga sebaliknya. Ketika orang perkotaan memiliki waktu luang mereka juga ingin merasakan suasana kampung, alam dan lain sebagainya.
Saya lihat di Pekanbaru tidak ada cafe yang berkonsep alam, makanya saya buat konsep seperti ini, sehingga sesuai dengan moto kami yaitu Kami Ada Karena Beda, tutur pria kelahiran 1970 ini.
Muhtarom mengatakan, cafe yang dibangun pada Mei 2015 silam ini memakan proses cukup lama, yakni sekitar dua bulan. Dikarenakan konsep dan desain dibuat oleh tangannya sendiri. Seperti bentuk pohon pada pilar-pilar cafenya, meja lesehan, dan meja kasir.
Meja lesehannya itu dibalut kain hitam dengan motif abu-abu dan kaca diatasnya, biar terkesan mewah dan elegan tutur Manager Cafe Lobax Natural ini.
Ia menambahkan, bahan-bahan yang digunakan seperti bahan bangunan pada umumnya, seperti pasir, semen dan lain sebagainya, hanya sentuhan seninya saja yang berbeda.
Cafe yang bermotokan Kami Ada Karena Beda ini memiliki Menu andalan yakni Pecak Bandeng. Menu ini merupakan makanan khas tradisional dari Jawa Barat.
Muhtarom mengatakan, bumbu yang digunakan untuk membuat Pecak Bandeng ini merupakan bumbu mentah. Terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabe, kencur, dan lain-lain.
Harga yang ditawarkan untuk satu porsi Pecak Bandeng yakni Rp14 ribu. Tidak hanya itu, menurutnya, menu-menu yang ditawarkan dengan harga murah untuk kelas cafe dan resto.
Oleh: Nila Jumiatri Asman, Ilmu Komunikasi Universitas Riau