Pekanbaru (Antarariau.com) - Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan (Satgas Karhutla) Riau menerbangkan satu unit helikopter pengebom air atau waterbombing di Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Rabu.
"Wilayah tersebut masih bagian dari kebakaran Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang terbakar sejak beberapa waktu lalu," kata Kepala Seksi Pusat Operasi Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Mayor Ferry Duwantoro kepada Antara di Pekanbaru.
Dia mengatakan, operasi yang melibatkan helikopter jenis MI-8 itu dilakukan sejak Rabu siang tadi dengan total 28 kali pengeboman air. Setiap pengeboman air, helikopter tersebut dapat mengangkut 4 ton air.
Menurut Ferry, operasi tersebut dilakukan setelah pihaknya mendapat informasi akan keberadaan sejumlah titik api di sejumlah wilayah di Riau meski BMKG setempat menyatakan wilayah itu nihil titik api pada Rabu pagi tadi.
Tidak terpantaunya titik api oleh BMKG tersebut disebabkan tidak melintasnya satelit Terra dan Aqua sebagai satelit pemantau titik api. Kemudian, setelah mendapat informasi tersebut, pihaknya kemudian melakukan patroli dengan berkoordinasi tim darat.
Hasilnya, petugas berhasil memetakan koordinat keberadaan titik api, yang salah satunya berada di Pelalawan. Ia mengatakan, mengingat lokasi yang sulit dijangkau tim darat, Satgas Udara Karhutla Riau yang dikomandoi Lanud Roesmin Nurjadin kemudian mengerahkan helikopter guna pengeboman air.
"Setelah dilakukan pengeboman air kebakaran semakin berkurang" jelasnya.
Sementara itu, terkait tidak terpantaunya titik api oleh satelit Terra dan Aqua meski Riau dalam beberapa hari terakhir menjadi wilayah konsentrasi titik api, BMKG Pekanbaru menyatakan hal itu bisa disebabkan sejumlah faktor.
"Dari pantauan satelit baik Terra dan Aqua pukul 7.00 Wib pagi tagi, titik panas dinyatakan nihil. Begitu juga pantauan pukul 16.00 Wib sore ini, baik titik panas maupun titik api tetap dinyatakan nihil," kata Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin.
Lazimnya, kata dia, kedua satelit tersebut mengalami blank area atau tidak mampu menjangkau titik panas, dihasilkan dari panas bumi di Provinsi Riau dikarenakan beberbagai sebab yang dapat menjadi penghalang.
Padahal dalam dua hari terakhir yakni Senin (11/7), Riau memberi sumbangan 28 titik panas dari total 65 di Sumatera dengan 16 titik api di empat kabupaten/kota dan dan Selasa (12/7), menyumbang 28 titik panas dari total 67 di Sumatera dengan 17 titik api pada empat daerah di provinsi tersebut.
Sugarin berujar, hari ini satelit cuma memantau 18 titik panas atau jauh menurung dibanding hari sebelumnya 67 titik dengan tingkat kepercayaan 50 persen tersebar pada empat provinsi di Sumatera.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau mencatatt 1.400 hektare total luas kebakaran lahan dan hutan (karlahut) di Provinsi Riau telah terjadi mulai Januari hingga awal Juli 2016.