Jakarta (ANTARA) - Korea Utara, Senin (25/8) mengecam pertemuan puncak akhir pekan antara Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba dan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung. Dalam pertemuan tersebut, keduanya menegaskan kerja sama trilateral dengan Amerika Serikat untuk mendorong denuklirisasi penuh Pyongyang, menurut laporan media pemerintah.
Kantor berita resmi Korean Central News Agency (KCNA) menyebut aliansi militer segitiga itu akan semakin diperkuat melalui peningkatan kerja sama antara Seoul dan Tokyo, dan hal tersebut akan membawa dampak serius bagi situasi di Semenanjung Korea serta Asia Timur Laut.
Baca juga: Rusia dapat berikan dukungan militer kepada Korea Utara 'jika diperlukan'
Komentar KCNA menyebut pertemuan Lee dengan Ishiba pada Sabtu di Tokyo, yang berlangsung menjelang pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, sebagai “pertunjukan diplomatik akibat kegelisahan Seoul” yang bertujuan menghapus “kesalahpahaman” di Washington.
KCNA menuding Lee sempat menimbulkan kecurigaan di AS karena pernyataan “anti-Jepang” yang pernah ia lontarkan ketika masih menjadi pemimpin partai oposisi.
Berbeda dengan praktik diplomasi Korea Selatan sebelumnya, presiden dari kubu liberal itu lebih dulu mengunjungi Tokyo sebelum Washington setelah menjabat pada Juni lalu.
Menurut KCNA, Lee melakukan perjalanan ke Tokyo untuk “menghapus kecurigaan dari tuannya dan menghindari potensi bencana diplomatik” dengan menunjukkan kepada Gedung Putih kebijakannya yang “mengutamakan” hubungan Korea Selatan dengan Jepang.
Media itu menggambarkan hubungan kedua negara Asia tersebut sebagai “poros” aliansi trilateral.
“Realitas ini dengan jelas memperlihatkan sifat konfrontatif yang tercela dari Lee,” kata KCNA, seraya menuding Lee menggunakan perdamaian dan keamanan regional “sebagai alat tawar-menawar” dan “bertindak sebagai pengintai” demi mewujudkan kerja sama militer trilateral yang agresif.
Korea Utara menegaskan tidak akan tinggal diam menghadapi situasi yang meresahkan akibat ulah AS dan para sekutunya yang disebut tengah mencari hegemoni.
Baca juga: Korsel tembakkan sebuah rudal balistik pasca peluncuran serupa oleh Korut
Pemerintahan Lee sendiri mengambil pendekatan lebih berdamai terhadap Korea Utara, berbeda dari sikap keras pendahulunya, Yoon Suk Yeol. Namun, hingga kini Pyongyang tetap menolak tawaran dialog dari Seoul.
Sumber: Kyodo-OANA