PBB (ANTARA) - Meningkatnya jumlah dapur, titik air, dan fasilitas kesehatan menandai berlanjutnya perbaikan dalam kondisi kehidupan warga Gaza yang penuh tantangan, seperti disampaikan badan-badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (27/2).
Lebih dari 100.000 murid di Gaza telah mendaftar ke sekolah untuk tahun ajaran baru. Bagi sebagian besar dari mereka, ini merupakan kali pertama mereka kembali mengikuti kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka dalam 16 bulan terakhir.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) mengatakan bahwa organisasi dunia itu beserta para mitranya memanfaatkan setiap kesempatan untuk meningkatkan penyediaan bantuan yang dapat menyelamatkan nyawa.
"Para mitra yang bekerja di bidang ketahanan pangan melaporkan bahwa, hingga pekan ketiga Februari, sekitar 860.000 makanan siap saji yang disiapkan di sekitar 180 dapur didistribusikan setiap hari, (angka ini) meningkat lebih dari 10 persen dibandingkan dengan 780.000 makanan pada pekan kedua Februari," kata OCHA.
Tahanan Palestina yang telah dibebaskan melambai kepada orang-orang di dalam bus di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 27 Februari 2025. ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad
Program Pangan Dunia PBB (WFP) melaporkan bahwa roti bersubsidi kini tersedia di 24 toko retail di bagian selatan, memungkinkan akses yang aman untuk mendapatkan bahan makanan pokok tanpa harus berdesak-desakan. Sebagai bagian dari produksi harian, WFP membagikan rata-rata 54.000 roti gratis kepada keluarga di Gaza setiap hari.
Pasar sangat bergantung pada tepung terigu WFP sebagai sumber utama atau satu-satunya sumber tepung terigu di Gaza.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus mendukung respons kesehatan, menyediakan pasokan ke tiga rumah sakit dan lima mitra kesehatan yang akan melayani 250.000 orang di seluruh Jalur Gaza. Di Gaza City, WHO mendukung perluasan kapasitas triase dan unit gawat darurat di Rumah Sakit Al-Shifa dengan tenda dan tambahan 20 ranjang.
WFP mengatakan setidaknya empat titik distribusi makanan telah kembali didirikan di Kegubernuran Gaza Utara untuk meringankan beban keluarga yang terpaksa melakukan perjalanan jauh, yang disertai meningkatnya biaya transportasi dan risiko keamanan, untuk mendapatkan makanan.
Seorang anak Palestina berjalan di salah satu kamp pengungsian di lingkungan Al-Shujaiya di Kota Gaza, pada 25 Februari 2025. ANTARA/Xinhual/Rizek Abdeljawad/Xinhua
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus mendukung respons kesehatan, menyediakan pasokan ke tiga rumah sakit dan lima mitra kesehatan yang akan melayani 250.000 orang di seluruh Jalur Gaza. Di Gaza City, WHO mendukung perluasan kapasitas triase dan unit gawat darurat di Rumah Sakit Al-Shifa dengan tenda dan tambahan 20 ranjang.
Lebih dari 100.000 murid di Gaza telah mendaftar ke sekolah untuk tahun ajaran baru pada Minggu (23/2). Sejauh ini, 165 sekolah negeri di seluruh Gaza telah dibuka kembali. Bagi sebagian besar dari mereka, ini merupakan kali pertama mereka kembali mengikuti kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka dalam 16 bulan terakhir.
Sementara itu, Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) mengirimkan peralatan kesehatan esensial, obat-obatan anak, serta perlengkapan bayi baru lahir untuk 20.000 lebih orang ke Rumah Sakit Al Awda di Kegubernuran Gaza Utara.
OCHA mengatakan bahwa kampanye vaksinasi polio baru-baru ini berakhir pada Rabu (26/2), berhasil menjangkau lebih dari 600.000 anak di bawah usia 10 tahun.
Kantor PBB tersebut mengatakan bahwa upaya untuk meningkatkan akses air dan sanitasi terus dilakukan dengan membangun dan memperluas dua titik air di Kegubernuran Gaza Utara. Dua bagian jaringan air juga diperbaiki untuk mendukung penyediaan air jangka panjang bagi masyarakat di Khan Younis.
Namun, OCHA melaporkan situasi yang berbahaya di Tepi Barat. Kantor PBB itu mengatakan bahwa operasi militer Israel terus berlanjut di Jenin, Tulkarm, dan Tubas, yang menyebabkan jatuhnya korban dan pengungsian lebih lanjut serta menghalangi akses terhadap kesehatan, air, listrik, dan layanan penting lainnya.
"Situasi di Tepi Barat sangat mengkhawatirkan," kata OCHA, seraya kembali menekankan bahwa hukum internasional harus dihormati dan warga sipil harus dilindungi.
Baca juga: DMI terima donasi ASN Serang untuk bangun masjid sementara di Gaza, Palestina
Baca juga: Mesir janjikan rekonstruksi Jalur Gaza "sesingkat mungkin"