Washington (ANTARA) - Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL) kembali menegaskan pada Rabu (30/10) agar pihak-pihak yang bertikai mematuhi Resolusi PBB 1701 untuk meredakan situasi yang semakin memanas di Lebanon.
Juru bicara UNIFIL, Andrea Tenenti, dalam konferensi pers secara daring dari Beirut mengatakan bahwa ketegangan telah meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir, mengubah permusuhan menjadi konflik yang lebih mematikan dan intens.
Ia mengatakan tindakan militer Israel dan Hizbullah membahayakan penjaga perdamaian, baik melalui tembakan serampangan maupun serangan yang disengaja.
Meski demikian, UNIFIL tetap menjalin komunikasi dengan otoritas Lebanon dan Israel, serta mendesak agar situasi tidak makin memburuk.
“Pesan kami kepada mereka jelas, berkomitmen kembali pada resolusi 1701, dengan tindakan nyata, bukan hanya kata-kata,” ujar Tenenti.
Resolusi 1701 yang diadopsi pada 11 Agustus 2006, menuntut penghentian total permusuhan antara Lebanon dan Israel serta pembentukan zona demiliterisasi antara Garis Biru, perbatasan de facto antara Lebanon dan Israel, serta Sungai Litani, yang hanya memperbolehkan tentara Lebanon dan UNIFIL memiliki senjata dan peralatan militer di area tersebut.
Tenenti menyatakan bahwa UNIFIL tetap berada di posisinya di Lebanon selatan, memantau situasi dan melaporkan kepada Dewan Keamanan.
“Jadi, aktivitas kami memang sangat terhambat, begitu pula kegiatan patroli kami terbatas, tetapi kami tetap membantu lembaga PBB, termasuk untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada penduduk,” kata Tenenti.
Ia menambahkan bahwa masih ada ribuan orang yang terjebak di desa-desa tanpa akses ke kebutuhan dasar, yang membuat penyaluran bantuan kepada masyarakat lokal menjadi tantangan besar.
“Tapi kami tetap memantau, tetap hadir, dan melakukan yang terbaik untuk melaksanakan tugas kami,” ujarnya, menambahkan bahwa sebagian besar penduduk di wilayah Lebanon selatan telah meninggalkan tempat tinggal mereka.
Namun, lanjutnya, masih ada orang-orang yang hidup dalam situasi sangat sulit karena sebagian besar desa telah hancur dan penembakan terus berlanjut.
Menanggapi kritik bahwa UNIFIL tidak menjalankan mandatnya, Tenenti mengatakan mandat tersebut harus diimplementasikan oleh pihak-pihak yang bersangkutan dan UNIFIL hadir untuk mendukung pelaksanaannya.
“Kami membutuhkan komitmen dari pihak-pihak terkait agar resolusi 1701 dapat dijalankan, yang masih menjadi kerangka utama dan satu-satunya solusi yang layak,” tambahnya.
Israel telah melancarkan kampanye udara besar-besaran di Lebanon sejak September dengan dalih menargetkan Hizbullah, sebagai eskalasi dari perang lintas batas yang telah berlangsung sejak serangan brutal Israel di Jalur Gaza.
Lebih dari 2.700 orang telah tewas dan hampir 12.500 lainnya terluka dalam serangan Israel sejak Oktober tahun lalu, menurut otoritas kesehatan Lebanon.
Israel memperluas konflik tahun ini dengan melancarkan serangan ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.
Baca juga: 8 anggota UNIFIL Austria terluka akibat serangan roket Israel di Lebanon
Baca juga: Jubir UNIFIL Andrea Tenenti sebut situasi terkini di Lebanon paling menantang sejak 2006
Sumber: Anadolu
Berita Lainnya
Komisi I DPR: UU pelarangan UNRWA perparah situasi krisis pengungsi Palestina
31 October 2024 17:04 WIB
Mendiktisaintek jajaki potensi kolaborasi dengan UC Berkeley Amerika Serikat
31 October 2024 16:51 WIB
Debat Pilkada Riau sukses tanpa gangguan listrik
31 October 2024 16:46 WIB
Kementan lakukan inventarisasi lahan sapi di Sulawesi dukung investasi Vietnam
31 October 2024 16:37 WIB
Kemenparekraf tingkatkan literasi keuangan dan bisnis pelaku usaha di desa wisata
31 October 2024 16:07 WIB
Kemenkes sediakan standar gizi untuk pastikan Program Makan Bergizi Gratis
31 October 2024 15:50 WIB
Konsulat Indonesia Tawau jajaki kerja sama dengan Perpustakaan Sabah
31 October 2024 15:33 WIB
PBB desak perlindungan situs budaya setelah serangan udara Israel ke Baalbek
31 October 2024 15:10 WIB