Pekanbaru (ANTARA) - Di kantornya yang sederhana dan penuh dengan foto-foto keluarga, Rachmat Sumektoyang merupakan Ketua KUD Amanah mengingat-ingat lagi masa awal menjadi petani plasma PT Sari Lembah Subur (SLS) di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Rachmat menceritakan area sekitar Desa Pematang Tinggi merupakan wilayah yang dikelilingi hutan pada 1992. Hal itu membuat dia penuh dengan keraguan setelah sampai bersama keluarganya sebagai transmigran.
Belum lagi, harus jauh dari keluarga besar di Jawa Tengah dan Rachmat tidak memiliki kemampuan atau pengalaman dalam urusan perkebunan. “Saya ini dulunya kerja di bengkel sebagai montir mobil. Lebih sering pegang kunci-kunci daripada arit,” katanya.
Satu-satunya hal yang membuat dia mengambil risiko hijrah sebagai PIR-trans adalah kesejahteraan keluarga. Rachmat meyakini dengan skema itu bisa mengubah nasibnya yang berada di garis kemiskinan.
Pasalnya, PT SLS menyediakan lahan seluas 2 hektare dan sebidang tanah untuk rumah dan pekarangan yang bisa tiap petani kelola. Adapun KUD Amanah memiliki 517 anggota dengan total lahan seluas 1.034 hektare.
Selama 36 tahun menyemai kehidupan sebagai petani kelapa sawit, segala pahit manis hidup di kebun telah dialami oleh Rachmat. Menurutnya banyak teman-teman di masa awal penanaman telah kembali ke kampung halaman masing-masing.
“Alasannya mereka tidak kuat. Akses kemana-mana jauh sekali, ditambah malaria dan sebagainya. Kebun mereka banyak yang dijual untuk modal kembali ke Jawa,” jelasnya. Beruntung dia menjadi mitra bagi PT SLS, yang Rachmat sebut sebagai rekan sejati.
Sebagai orang yang tidak pernah punya pengalaman atau mempelajari ilmu perkebunan, menurutnya PT SLS adalah guru yang setia membimbing sejak awal sampai saat ini. Rachmat mengatakan perseroan juga menyediakan sarana dan prasarana seperti benih, pupuk, alat perkebunan, sampai menjadi pembeli utama hasil panen.
Menurutnya jerih payah para petani pun telah terbayarkan sejak pindah dari Jawa ke Pelalawan. Pasalnya, para PIR-trans itu berhasil mengubah nasib hidupnya dari di bawah garis kemiskinan menjadi di atas rata-rata.
“Petani sawit disini sekarang ada juga yang pakai Pajero atau Fortuner. Lahan kebun pun telah bertambah dari 2 hektare. Beberapa juga sudah ada yang pulang ke Jawa dan menitipkan kebun sehingga dapat menerima pemasukan setiap bulan,” ucapnya.
Peremajaan lahan sawit ini dilakukan secara bertahap, di tahap awal luas lahan yang diremajakan 497,9710 Ha dengan jumlah kavling 249, yang mulai ditumbang pada 3 Agustus lalu.
“Di saat peremajaan, kami tetap mendapatkan pendampingan dan pembinaan dari PT SLS. Meski, kami sudah memiliki pengalaman mengelola kebun satu siklus. Ini bentuk komitmen dari perusahaan (PT SLS) dalam mendampingi petani sawit, maka kami bersyukur,” pungkasnya.