UEA sumbang Rp409,7 miliar untuk bantuan pangan di Sudan dan Sudan Selatan

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, Sudan,UEA

UEA sumbang Rp409,7 miliar untuk bantuan pangan di Sudan dan Sudan Selatan

ilustrasi kelaparan/anak-anak dan ibu (unicef.org)

Istanbul (ANTARA) - Uni Emirat Arab (UEA) menandatangani perjanjian dengan Program Pangan Dunia PBB (WFP) untuk memberikan bantuan pangan darurat senilai 25 juta dolar Amerika (sekitar Rp409,7 miliar) bagi orang-orang yang terkena dampak krisis di Sudan dan Sudan Selatan, menurut laporan Kantor Berita Emirat (WAM) pada Minggu.

Sejak pertengahan April 2023, tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter telah terlibat dalam perang yang mengakibatkan hampir 15 ribu kematian dan sekitar 8,5 juta orang terlantar atau mengungsi, menurut PBB.

Bantuan tersebut akan diberikan kepada orang-orang yang terkena dampak krisis secara langsung, termasuk para pengungsi, pengungsi internal, dan warga yang kembali setelah terkena dampak perang, kata badan tersebut.

Perjanjian itu ditandatangani atas nama Uni Emirat Arab oleh Sultan Al Shamsi, asisten menteri urusan pembangunan internasional, dan Matthew Nims, direktur eksekutif kantor WFP di Washington.

Menurut badan tersebut, sekitar 17,7 juta orang di Sudan dan 7,1 juta orang di Sudan Selatan menghadapi kerawanan pangan akut akibat perang di Sudan.

Untuk membantu meringankan krisis tersebut, UEA telah berkomitmen memberikan bantuan total senilai 25 juta dolar Amerika (sekitar Rp409,7 miliar): 20 juta dolar Amerika (sekitar Rp327,8 miliar) untuk Sudan, dan 5 juta dolar Amerika (sekitar Rp81,9 miliar) untuk Sudan Selatan, kata badan tersebut.

Pada Rabu, WFP mengatakan bahwa "seiring berlanjutnya krisis di Sudan, beberapa dampak semakin terasa di beberapa negara tetangga."

Dia juga menambahkan bahwa "dari dua juta orang lebih yang mengungsi akibat perang yang kini tinggal di luar perbatasan Sudan, lebih dari setengahnya berada di Chad dan Sudan Selatan, dua negara yang tengah berjuang mengatasi kelaparan yang meningkat di negara mereka sendiri."

Pada 2011, Sudan Selatan memisahkan diri dari Sudan melalui referendum rakyat.

Baca juga: PBB peringatkan Sudan akan hadapi krisis bencana kelaparan terbesar di dunia

Baca juga: Sudan akan segera bebaskan Khartoum dari cengkeraman kelompok paramiliter RSF


Sumber: Anadolu