PBB peringatkan Sudan akan hadapi krisis bencana kelaparan terbesar di dunia

id Berita hari ini, brita riau terbaru,berita riau antara, kelaparan

PBB peringatkan Sudan akan hadapi krisis bencana kelaparan terbesar di dunia

Dokumen foto rakyat Sudan Selatan mencari ikan di sungai. Organisasi Pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mencatat negara kaya minyak di Afrika itu selama enam tahun ini rawan pangan akibat konflik elit politik berkepanjangan. (fao.org/south-sudan)

Hamilton, Kanada (ANTARA) - Program Pangan Dunia (WFP) PBB, Jumat (3/5), menyuarakan kekhawatiran mengenai situasi di Sudan, dengan mengatakan bahwa negara Afrika tersebut berada di ambang "krisis kelaparan terbesar di dunia".

Leni Kinzli, juru bicara WFP di Sudan, mengatakan pada konferensi pers virtual bahwa program PBB tersebut "memperingatkan bahwa waktu hampir habis untuk mencegah kelaparan" dan meningkatnya bentrokan di El Fasher menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut.

"Satu tahun konflik yang menghancurkan di Sudan telah menciptakan bencana kelaparan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mengancam akan memicu krisis kelaparan terbesar di dunia," katanya.

Dia juga menambahkan bahwa bantuan pangan terbatas di wilayah El Fasher dan Darfur karena "pertempuran dan hambatan birokrasi yang tiada akhir".

Kinzli menyebutkan bahwa mereka berupaya menjangkau 700 ribu orang sebelum awal musim hujan saat jalan masih dapat digunakan dan mereka memiliki 8 ribu ton stok makanan di Chad, namun distribusi makanan terhambat karena adanya kendala.

Menyoroti kebutuhan mendesak WFP akan akses tanpa hambatan dan jaminan keamanan, dia menekankan bahwa meningkatnya konflik di El Fasher sangat berdampak pada 1,7 juta orang yang sudah menderita kelaparan.

Mengingat sekitar 28 juta orang di Sudan dan Sudan Selatan menghadapi kerawanan pangan, dia meminta komunitas internasional untuk mengambil tindakan.

Kinzli lebih lanjut mengingatkan pihak-pihak di Sudan akan kewajiban mereka untuk mematuhi hukum kemanusiaan internasional.

Tentara Sudan menguasai El Fasher dan didukung oleh gerakan bersenjata yang menandatangani perjanjian perdamaian Juba dengan pemerintah pada 2020.

Perang di Sudan pecah pada April 2023 karena perbedaan pendapat mengenai pengintegrasian pasukan paramiliter Sudan (RSF) ke dalam angkatan bersenjata antara Jenderal Angkatan Darat Sudan Abdel Fattah al-Burhan dan komandan RSF Mohamed Hamdan Dagalo.

Konflik tersebut telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang menghancurkan, dan bentrokan telah menewaskan hampir 16 ribu orang dan membuat jutaan orang mengungsi.

Pada 29 Maret, Sudah mengajukan pengaduan ke Dewan Keamanan PBB terhadap Uni Emirat Arab (UAE) karena diduga mendukung RSF, namun tuduhan itu dibantah oleh UAE.

Baca juga: Indonesia terbangkan bantuan untuk Palestina & Sudan dengan pesawat Garuda

Baca juga: Sudan akan segera bebaskan Khartoum dari cengkeraman kelompok paramiliter RSF

Sumber: Anadolu