Peringati hari autis dunia, Pekanbaru Lab School gelar festival

id Hari autis dunia ,Pekanbaru lab school

Peringati hari autis dunia, Pekanbaru Lab School gelar festival

Dok. Kegiatan seni saat Hari Autis Sedunia di Pekanbaru Lab School. (ANTARA/HO-PLS)

Pekanbaru (ANTARA) - Dalam rangka memperingati hari autis sedunia dan bulan kesadaran autisme, Pekanbaru Lab School kembali menggelar festival untuk anak autis yang bertajuk Riau AutFest 2024.

Dalam festival kali ini, Pekanbaru Lab School menggandeng Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Riau untuk menyukseskan

acara ini. Riau AutFest 2024 akan digelar pada Sabtu (27/4) di Balai Serindit Kompleks Gubernuran Riau.

Kepala Pekanbaru Lab School Widiyono Javawinthsa atau yang sering disapa Kak Widi menyatakan bahwa Riau Autism Festival adalah iven seni dan budaya untuk anak berkebutuhan khusus, khususnya autis di Riau.

"Berawal dari tujuan untuk memperingati World Autism awareness Day, kami ingin meningkatkan awaneness dan mendukung keluarga yang memiliki anak autis serta anak berkebutuhan khusus lainnya, untuk mendapatkan pengakuan dan perlakuan setara menuju kehidupan masyarakat yang inklusi," sebutnya seperti yang diterima ANTARA, Jumat.

Kak Widi menambahkan bahwa Riau AutFest menjadi ajang peningkatan kesadaran keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pemahaman dan penerimaan anak autis.

"Acara ini menjadi wadah aktualisasi dan apresiasi bakat dan minat anak autis dalam bidang seni,olahraga dan budaya. Selain itu juga sebagai wadah apresiasi insan yang peduli terhadap anak autis," lanjutnya.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia Provinsi Riau, Esther Yuliani mengatakan bahwa acara ini adalah upaya pemenuhan dan perlindungan hak-hak anak

"Setidaknya terdapat empat prinsip yang harus ditegakkan yaitu non diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, hak hidup serta

keberlangsungan hidup. dan penghargaan terhadap pendapat anak," ujarnya.

Ketua panitia Riau Autfest 2024, Reiske Dita Desya mengatakan Riau AutFest 2024 diisi dengan berbagai kegiatan, seperti festival seni anak autis, cap tangan "kami peduli autis”, apresiasi seni anak autis, pameran hasil karya anak autis, dan apresiasi insan peduli autis.

Ada pula parade busana kreasi bersama keluarga, dan perlombaan online untuk umum untuk meningkatkan kepedulian terhadap anak autis.

Hadir pula tokoh nasional pemerhati anak, Kak Seto dan individu autistik yang sudah bisa berbagi cerita akan menginspirasi dan memotivasi anak autis lainnya beserta keluarga.

"Kondisi ini cukup menggembirakan, karena menciptakan persepsi yang baik terhadap anak autis dan stigma bahwa anak autis adalah anak

yang tidak mempunyai potensi semakin berkurang," tambah Reiske.