Menaker Ida Fauziyah sebut potensi perusahaan berikan pelatihan ke pekerja cukup besar

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, Menaker

Menaker Ida Fauziyah sebut potensi perusahaan berikan pelatihan ke pekerja cukup besar

Menaker Ida Fauziyah pada acara "Reskilling untuk Mengembangkan Tenaga Kerja Masa Depan Menuju Indonesia Emas 2045" dalam Bussines Forum 2, Rapimnas KADIN 2023, di Jakarta, Kamis (7/12/2023). (ANTARA/HO-Kemnaker)

Jakarta (ANTARA) - Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyampaikan potensi perusahaan untuk memberikan kontribusi pelatihan kepada para pekerja di dalam negeri masih cukup besar.

Menaker Ida Fauziyah dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, menyampaikan kurang dari delapan persen perusahaan menawarkan pelatihan formal di Indonesia, dibandingkan dengan rata-rata regional sebesar 35 persen di Asia Timur dan Pasifik.

Indonesia, kata dia, merupakan negara dengan tingkat pelatihan di perusahaan terendah kedua di dunia.

"Kontribusi perusahaan sebanyak delapan persen itu masih ada kesenjangan, potensi pelatihan di perusahaan di Indonesia cukup besar," ujarnya pada acara "Reskilling untuk Mengembangkan Tenaga Kerja Masa Depan Menuju Indonesia Emas 2045" dalam Bussines Forum 2, Rapimnas KADIN 2023, di Jakarta, Kamis (7/12).

Ia mengemukakan berdasarkan data Wajib Lapor Ketenagakerjaan Online, ada sekitar 1.799 perusahaan, 32 ribu instruktur dengan potensi kapasitas latih setiap tahun 1,5 juta orang dapat dilatih di perusahaan per tahun.

Regulasi Kepmenakertrans Nomor 261 Tahun 2004 juga mewajibkan perusahaan melaksanakan pelatihan kerja sekurang-kurangnya lima persen sejumlah pekerja atau buruh di perusahaan.

"Jadi potensi perusahaan untuk berkontribusi memberikan pelatihan kepada para pekerja masih tinggi," kata Ida Fauziyah.

Ia menambahkan hasil riset McKinsey 2019, akibat revolusi 4.0 ada 23 juta jenis pekerjaan akan terdampak oleh otomatisasi dan sekitar 27-46 juta jenis pekerjaan baru berpeluang tercipta hingga 2030.

Hingga 2030 akan ada 10 juta jenis pekerjaan baru, dengan keterampilan baru muncul di Indonesia serta banyak hilangnya pekerjaan tradisional. Transformasi ini juga mengubah pola hubungan di sektor ketenagakerjaan, yakni fleksible working space and time serta tantangan literasi digital.

"Lapangan kerja tersedia sangat banyak, tapi kemampuan kita untuk memenuhinya sangat rendah. Di sinilah pentingnya, melakukan reskilling, upskilling, agar memiliki kompetensi teknis dan produktivitas lebih baik serta mampu mengikuti perubahan global," katanya.

Baca juga: Menaker Ida Fauziyah sebut kebijakan "Link and match" solusi kurangi kesenjangan pasar kerja

Baca juga: Menaker : Pemerintah terus optimalkan pelindungan para pekerja migran RI