Pemerintah siapkan langkah strategis untuk antisipasi gejolak harga pangan

id Berita hari ini, berita riau terbaru,berita riau antara, beras

Pemerintah siapkan langkah strategis untuk antisipasi gejolak harga pangan

Pekerja menyusun karung beras di gudang Bulog Pasirhalang, Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (31/10/2023). (ANTARA FOTO/Henry Purba/agr/tom.)

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah melalui beberapa instansi terkait menyiapkan beberapa upaya strategis, khususnya di sektor hilir agar komoditas pangan yang bergejolak seperti beras bisa ditekan harganya.

Direktur Ketersediaan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Budi Waryanto di Jakarta, Rabu mengatakan cadangan pangan merupakan faktor kunci untuk menjaga kestabilan pasokan dan harga pangan di tengah ancaman kekeringan akibat El Nino.

"Oleh karena itu, sejumlah langkah strategis pun dilakukan pemerintah, untuk menjaga kestabilan pasokan dan harga pangan" katanya dalam diskusi Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bertajuk "Antisipasi Krisis Pangan Di Tengah Ancaman El Nino".

Upaya strategis tersebut, tambahnya, melanjutkan bantuan pangan beras yang sudah dilakukan pada tahap satu (Maret-Mei) sebesar 10 kilogram (kg) kepada 21,353 juta keluarga penerima manfaat (KPM), karena langkah ini bisa efektif mampu menekan inflasi.

"Ketika (bantuan pangan) sebulan diputus inflasi naik lagi sekitar September. Jadi, Presiden meminta dilanjutkan September, Oktober, dan November," katanya.

Program ini, ujarnya, kemungkinan akan dilanjutkan hingga Maret 2024, untuk mengantisipasi masih minusnya neraca produksi dan konsumsi karena mundurnya musim tanam di akhir 2023.

Apalagi pemerintah juga harus mengantisipasi Hari Raya Besar Keagamaan Natal dan Tahun Baru, serta adanya pesta demokrasi pada Februari 2024, kemudian dilanjutkan Ramadhan dan Idul Fitri 2024.

Budi berharap tahun depan kondisi produksi pangan, khususnya padi bisa normal kembali. Untuk itu, pihaknya mendorong Perum Bulog bisa menyerap gabah petani targetnya 2,4 juta ton. Jumlah tersebut harus dipenuhi agar pemerintah bisa menjaga inflasi dengan baik.

"Tidak hanya beras, tapi juga daging dan telur. Sekarang, kita sudah coba terobosan bantuan telur," katanya.

Sementara itu, Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita menjelaskan untuk menjaga stabilisasi harga beras, pihaknya sudah menggelontorkan beras sebanyak 877.142 ton sampai Oktober 2023.

Satu tahapan bantuan, tambahnya, Bulog menyalurkan 411,000 ton. Jika nanti sampai Desember diperkirakan bantuan pangan mencapai 1,2 juta ton.

"Dengan adanya bantuan pangan kepada 21 juta KPM akan mengurangi 2,1 juta orang masuk pasar, sehingga mampu meredam harga beras di pasar," katanya.

Direktur Irigasi Pertanian Direktorat Saranan Pertanian Kementerian Pertanian Rahmanto mengatakan dalam rangka meningkatkan produksi beras nasional, Kementan menerapkan dua strategi yaitu meningkatkan indeks pertanaman (IP) padi dan perluasan areal tanam.

Saat ini, IP lahan sawan irigasi rata-rata baru 1,68. Artinya belum sampai IP 2, kecuali lahan sawah di Bekasi, Karawang, dan Indramayu.

"Kalau kita tingkatkan IP jadi 1,92 atau penambahan luas tanam 1.076.125 ha akan menyumbang produksi sebanyak 3,2 juta ton. Jadi, target peningkatan produksi bisa dengan mudah tercapai," katanya.

Sedangkan, untuk sawah nonirigasi yang luasnya mencapai 3 juta ha saat ini rata-rata IP-nya hanya 1. Jika bisa dinaikkan IP menjadi 1,3, maka akan meningkatkan luas tanam menjadi 900 ribu ha atau luas panen 858.711 ha dengan tambahan produksi sebanyak 1,34 juta ton beras.

Langkah lain, menurut Rahmanto, adalah optimalisasi lahan rawa 1 juta ha. Dari lahan tersebut ada potensi penambahan produksi sebanyak 3,1 juta ton. Selain itu optimalisasi lahan tadah hujan seperti lahan perkebunan, Perhutani, dan tegalan masyarakat yang luasnya mencapai 7,6 juta ha.

"Jika bisa dioptimalkan 1 juta ha, maka akan menyumbang 2,9 juta ton. Karena itu, harus dioptimalisasi dengan pemanfaatan air tanah," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Rachmat mengatakan untuk meningkatkan produktivitas padi, pemerintah berupaya menggeser varietas yang memiliki produktivitas rendah dengan menyiapkan varietas unggul.

Di sawah irigasi, tambahnya, saat ini petani masih banyak menanam varietas Ciherang yang produktivitasnya hanya 5-6 ton/ha.

Untuk itu, pemerintah menyiapkan varietas Inpari 32 yang produktivitasnya bisa mencapai 7-8 ton/ha.

"Di lahan tadah hujan ada varietas Inpago 8. Di lahan rawa ada Inpara yang produktivitasnya bisa mencapai 4-8 ton/ha. Ini yang kita lakukan untuk meningkatkan produktivitas padi," katanya.

Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin puji Gerakan Ketahanan Pangan TNI di 385 lokasi se-Indonesia

Baca juga: Perum Bulog kelola 24 infrastruktur pascapanen perkuat lumbung pangan