Moskow (ANTARA) - Rusia memperingatkan bahwa kapal-kapal yang berlayar di Laut Hitam menuju berbagai pelabuhan Ukraina mulai Kamis akan dianggap berpotensi menjadi target militer.
Peringatan itu dikeluarkan beberapa hari setelah Rusia menarik diri dari perjanjian keamanan jalur pengiriman biji-bijian.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa negara-negara yang kapalnya mengarah ke pelabuhan Ukraina akan dianggap sebagai pihak yang terlibat dalam konflik.
Ketentuan itu diberlakukan mulai Rabu tengah malam waktu Moskow.
Ukraina pada Rabu (19/7) mengatakan pihaknya sedang menyiapkan rute pelayaran sementara melalui Rumania, negara tetangganya di pesisir Laut Hitam.
"Tujuannya adalah untuk memfasilitasi pelayaran internasional di bagian barat laut Laut Hitam," kata Vasyl Shkurakov, penjabat Menteri Pembangunan Masyarakat, Wilayah, dan Infrastruktur Ukraina.
Shkurakov menyampaikan pernyataan itu dalam surat kepada Organisasi Pelayaran Internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Perjanjian jalur pengiriman biji-bijian dicapai tahun lalu dengan diperantarai oleh PBB dan Turki.
Perjanjian itu dibuat untuk membuka jalur yang aman bagi kapal-kapal kargo untuk berlayar keluar dari wilayah yang dilanda perang.
Namun, kesepakatan tersebut berakhir setelah Rusia menarik diri pada Senin (17/7). Kapal terakhir yang berangkat dari Ukraina adalah pada Minggu (16/7).
Ukraina dan Rusia termasuk negara-negara utama pengekspor biji-bijian untuk dunia.
Rusia pada Senin dan Selasa (18/7) malam melancarkan serangan ke wilayah Odesa.
Akibat serangan itu, sejumlah tempat penyimpanan biji-bijian, fasilitas industri, gudang, gedung pusat perbelanjaan, bangunan hunian warga dan pemerintah, serta kendaraan mengalami kerusakan pada Selasa malam, kata para pejabat Ukraina.
Berdasarkan perjanjian biji-bijian, hanya tiga pelabuhan di Odesa yang masih beroperasi di Ukraina selama perang.
Di bawah perjanjian tersebut, Ukraina diperbolehkan untuk mengekspor biji-bijian secara aman melalui pelabuhan yang diblokade Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Rabu malam mengatakan ada satu juta ton makanan yang tersimpan di pelabuhan-pelabuhan yang diserang.
"Jumlah itu persis sebanyak yang sudah harus dikirimkan ke negara-negara di Afrika dan Asia," katanya.
Dana Moneter Internasional, Rabu, mengatakan bahwa penarikan Rusia dari perjanjian itu bisa memperburuk keamanan pasokan pangan dunia serta meningkatkan harga makanan, terutama di negara-negara miskin.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan Moskow akan segera kembali ke kesepakatan itu kalau semua syarat yang dimintanya dipenuhi, yakni agar ekspor makanan dan pupuk dari negaranya dipermudah.
Sumber: Reuters