New York (ANTARA) - Harga minyak mentah berjangka melemah pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena investor membukukan keuntungan setelah pertumbuhan berturut-turut dalam tiga sesi sebelumnya, namun masih mencatat kenaikan mingguan ketiga berturut-turut.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus merosot 1,47 dolar AS atau 1,91 persen, menjadi menetap pada 75,42 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman September tergelincir 1,49 dolar AS atau 1,83 persen, menjadi ditutup pada 79,87 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
"Minyak WTI mundur karena para pedagang mengambil keuntungan setelah reli yang kuat," kata Vladimir Zernov, analis pemasok informasi pasar FX Empire.
Harga minyak WTI naik lebih dari 5,0 persen dalam tiga sesi sebelumnya karena optimisme perlambatan inflasi dan ketatnya pasokan di pasar.
Rebound dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS mungkin telah memberi tekanan pada pasar minyak pada Jumat (14/7/2023), tetapi aksi ambil untung adalah katalis utama, menurut Zernov.
Namun, pasar minyak diperkirakan akan didukung oleh ketatnya pasokan dalam beberapa bulan mendatang meskipun terus ada kekhawatiran atas permintaan.
Dengan permintaan minyak yang meningkat secara musiman selama musim panas di Belahan Bumi Utara bersamaan dengan pasokan yang lebih rendah dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya, penurunan persediaan minyak akan membuat harga minyak lebih tinggi di bulan-bulan mendatang, kata UBS dalam sebuah catatan penelitian pada Kamis (13/7/2023).
Selain itu, Amerika Serikat menambahkan tiga rig pengeboran minyak aktif minggu ini dari minggu sebelumnya sementara Kanada mencatat penurunan minggu ke minggu sebanyak tiga rig minggu ini, menurut data yang dikeluarkan oleh perusahaan jasa minyak Baker Hughes pada Jumat (14/7/2023).
Baca juga: Harga minyak naik di Asia karena pasokan ketat, inflasi AS lebih rendah
Baca juga: Harga minyak menguat di awal perdagangan Asia karena inflasi AS mendingin