Merasa diintimidasi PT DSI, warga Dayun panen sawit didampingi LLMB dan IPK

id PT DSI, LLMB, IPK, Dayun

Merasa diintimidasi PT DSI, warga Dayun panen sawit didampingi LLMB dan IPK

Polisi melakukan mediasi konflik lahan di Dayun. (ANTARA/Batu Agustari Adha)

Siak (ANTARA) - Perkebunan milik Dasrin dan kawan kawan seluas 1.300 Hektare yang terhampar di Kampung Dayun, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, mendapat pendampingan dari Organisasi Masyarakat Lembaga Laskar Melayu Bersatu (LLMB) dan Ikatan Pemuda Karya (IPK) saat memuat hasil panen.

Hal itu dilakukan karena merasa diintimidasi oleh upaya pendudukan PT Duta Swakarya Indah (DSI). Menurutnya PT DSI menurunkan orang-orang tertentu untuk mengambil lahannya berdasarkan putusan Pengadilan Negeri (PN) Siak.

“Tapi faktanya lahan ini milik orang perorangan dengan Sertifikat Hak Milik. Kenapa DSI tidak gugat saja SHM kami, justru DSI sewa orang untuk mengganggu pekerja kami, dimana keadilannya kalau begitu,” kata Dasrin, Rabu.

Dasrin meminta agar agar orang-orang PT DSI segera keluar dari perkebunannya. Ia juga berharap kepada Kepolisian Resor Siak agar merobohkan jembatan yang dibangun PT DSI ke kebunnya.

“Kenapa DSI menggunakan premanisme untuk mengusai lahan kami, kenapa tidak mereka gugat saja SHM kami. Kalau memakai cara -cara preman kamipun bisa, tapi kami hanya tidak mau bikin kerusuhan,” tambah dia.

Dasrin berharap agar tidak terjadi bentrokan massa sehingga menimbulkan banyak korban dari kedua pihak. Pihak LLMB dan IPK hadir mendampingi pekerja kebun Dasrin supaya tidak diganggu sebagai wujud solidaritas atas masyarakat pemilik lahan yang mendapat intimidasi dan tindakan premanisme dari orang-orang sewaan perusahaan.

Orang-orang suruhan PT DSI terlihat tidak lagi berbuat banyak setelah Dasrin mendapat pendampingan ini setelah memanen kelapa sawitnya sejak dua hari belakangan. Bahkan orang-orang suruhan PT DSI ini telah membangun jembatan untuk melansir buah dari kebun sawit ke kawasannya.

Bukti pihak DSI memanen sawit milik Dasrin dkk tampak terdapat dua traktor mini untuk mengangkut buah. Zuli Fati Lahagu, seorang pekerja di kebun Dasrin mengungkapkan perasaannya saat panen selama dua hari belakang merasa was-was didatangi orang-orang suruhan PT DSI.

“Kami merasa tertekan dengan adanya orang-orang DSI tersebut, kami merasa terintimidasi. Pada waktu kami panen di blok D9 sampai D12 kemarin mereka datang dan seakan-akan mengintimidasi, mereka bertanya-tanya. Lalu buah yang kami panen diangkut oleh orang-orang DSI itu,” ungkap dia.

Suasana waktu itu mencekam. Zuli dan rekan-rekannya semakin was-was sehingga mereka tidak berdaya untuk mengamankan buah yang mereka panen. “Kami menyelamatkan anak dulu dari hal-hal yang tidak diinginkan. Kita utamakan keluarga, nanti baru balik ke lokasi lagi," kata Zuli.

Kepala Polres Siak AKBP Ronald Sumaja cepat tanggap melihat situasi dan turun ke lokasi dalam rangka pengamanan dan antisipasi terjadi konflik. Ia menghimbau kepada kedua belah pihak agar saling menahan diri dan akan mengupayakan jembatan yang sudah digaris polisi itu tidak bisa diakses.

"Jembatan memang sudah kita tindak lanjuti dari kemarin, kita sudah imbau tentunya hari ini kita upayakan lagi jembatan itu untuk tidak bisa diakses lagi. Harapannya supaya konflik ini tidak berkepanjangan," kata Ronald.

Dijelaskannya, pemasangan polisi itu berguna untuk melarang semua orang atau para pihak yang bersengketa untuk melintas. Ia berharap dalam konflik ini agar kedua belah pihak dapat duduk bersama untuk menyejukkan suasana.

"Pidana dalam kasus pencurian itu harus jelas dulu status kepemilikan. Ini kan saling beradu, satu merasa dengan putusan eksekusi, satu lagi memang nggak bisa dipungkiri masih punya SHM yang belum dibatalkan. Itu yang menjadi masalah,” katanya.