Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan melemah di tengah ekspektasi perlambatan kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS),Federal Reserve (Fed).
Rupiah pagi ini melemah tujuh poin atau 0,04 persen ke posisi Rp15.691 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.684 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Senin, mengatakan, belakangan ini sentimen pasar terhadap aset berisiko terlihat membaik dengan kenaikan indeks-indeks saham global.
"Membaiknya sentimen pasar ini karena berkembang ekspektasi bahwa bank sentral AS bakal melambatkan kenaikan suku bunga acuannya karena kenaikan inflasi AS mulai menurun," ujar Ariston.
Ariston menyampaikan di sisi lain beberapa pejabat TheFedpekan lalu memperingatkan bahwa kenaikan suku bunga acuan The Fed masih akan berlanjut karena tingkat inflasi AS masih tinggi.
"Ini yang turut memberikan tekanan ke aset berisiko termasuk rupiah di akhir pekan kemarin," kata Ariston.
Dari dalam negeri, lanjut Ariston, masalah suplai dan permintaan dolar AS disinyalir juga menjadi pemicu pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
"Permintaan dolar AS cenderung meningkat menjelang akhir tahun untuk berbagai kebutuhan korporasi," ujar Ariston.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah berpotensi melemah ke arah Rp15.7000-Rp15.730 per dolar AS dengan potensi penguatan di kisaran Rp15.650 per dolar AS.
Pada Jumat (18/11) lalu rupiah ditutup melemah 21 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp15.684 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.663 per dolar AS.
Baca juga: Nilai tukar rupiah terus tertekan seiring kenaikan suku bunga acuan BI
Baca juga: Nilai tukar rupiah menguat tajam dipicu data inflasi AS di bawah estimasi