Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan meski Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan hingga sebesar 3.600 Giga Watt (GW) dimana 89 persennya berasal dari surya, namun pemerintah tidak akan mengganti hutan yang ada untuk ditanami papan panel surya.
"Indonesia diberkahi dengan berbagai macam sumber energi baru terbarukan, lebih dari 3.600 GW tersebar di seluruh negeri di mana 89 persennya berasal dari surya. Tapi kita harus hati-hati. Kita tidak perlu mengganti hutan kita dengan papan panel surya. Kita harus menjaganya dengan hati-hati," katanya dalam webinar bertajuk Shine Bright: Advancing G20 Solar Leadership di Jakarta, Kamis.
Arifin menuturkan di dalam peta jalan transisi energi Indonesia, energi surya akan memegang peranan penting dalam memenuhi pasokan pembangunan listrik nasional. Hal itu lantaran sekitar 21 GW dari total 700 GW kapasitas energi baru terbarukan berasal dari energi surya.
Meski berkomitmen untuk menjalankan ekonomi rendah karbon sekaligus mendukung target net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat, Arifin menyebutkan peran sumber energi tidak terbarukan seperti gas alam memegang peranan penting untuk dikembangkan sebagai jembatan sebelum teknologi EBT mencapai skala ekonomi dan komersial.
"Intermittent solar (penggunaan tenaga surya yang terputus) juga bisa diatasi dengan menerapkan teknologi antara tenaga surya dengan penyimpanan di teknologi tenaga air atau panas bumi," katanya.
Arifin juga mengingatkan sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan jaringan transmisi untuk mengalirkan listrik dari pusat produksi listrik ke pusat konsumsi listrik.
Indonesia tengah berencana untuk membangun transmisi super grid untuk menyediakan akses energi dan mengatasi ketidaksesuaian sumber EBT dengan wilayah yang membutuhkan pasokan energi besar.
"Kami juga membuka peluang untuk ekspor listrik EBT ke anggota ASEAN melalui ASEAN Power Grid," imbuhnya.
Arifin mengajak semua pihak untuk ikut berkontribusi dalam penerapan strategi mendukung transisi energi menuju ekonomi rendah karbon.
Menurut dia, tidak hanya pemerintah dan pebisnis, peran pengembang energi termasuk pengguna seperti sektor komersial dan industri juga dibutuhkan untuk mendukung upaya tersebut.
"Dukungan dari manufaktur lokal dan industri sangat penting agar tercipta manfaat mempertimbangkan Indonesia punya potensi mineral dan mineral kritis sebagai bahan mentah untuk solar PV, baterai dan kabel listrik," katanya.
Baca juga: Pengamat: Jadikan krisis BBM momentum untuk migrasi ke energi baru dan terbarukan
Baca juga: CSIS: Subsidi BBM digunakan untuk pendidikan dan EBT
Berita Lainnya
Lemkapi minta seluruh kapolda bantu Kementan untuk capai swasembada pangan
27 April 2024 16:32 WIB
Nicholas Saputra mengaku belajar banyak dari serial "Secret Ingredient"
27 April 2024 16:03 WIB
LPAI serukan pemerintah blokir gim daring yang mengandung unsur kekerasan
27 April 2024 15:50 WIB
Ganda putri Lanny/Ribka gandakan keunggulan Indonesia atas Hong Kong
27 April 2024 15:40 WIB
Oppo A60 hadir dengan Snapdragon 680 dan kamera utama 50 MP
27 April 2024 15:33 WIB
Tim SAR perluas pencarian penumpang yang jatuh dari KMP Reinna
27 April 2024 15:27 WIB
Anies Baswedan hormati langkah PKB dan NasDem gabung koalisi Prabowo-Gibran
27 April 2024 15:14 WIB
Houthi akui anggotanya serang kapal tanker Inggris dan tembak jatuh drone AS
27 April 2024 15:07 WIB