Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia mendorong investor untuk melakukan investasi berkelanjutan di luar Pulau Jawa, khususnya di Pulau Sumatera sebagai upaya untuk mengurangi disparitas regional.
"Didukung dengan peningkatan infrastrukur, peningkatan belanja dan juga insentif pemerintah, daerah di luar Jawa dapat mengungguli dalam hal investasi dan pertumbuhan ekonomi yang luas,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo saat memberikan sambutan secara daring dalam Lampung Investment Business Collaboration Forum, Selasa.
Dody menyampaikan bahwa Sumatera merupakan lokasi yang potensial untuk berinvestasi karena menyimpan banyak kekayaan sumber daya alam berupa minyak, perak dan emas kemudian produsen utama teh, kopi, beras dan jagung. Selain itu, Sumatera yang memiliki luasan hampir seukuran California juga menghasilkan seperempat dari PDB negara.
Bank Indonesia menilai investasi berkelanjutan perlu diperkuat baik dari segi kerangka kebijakan maupun implementasi. Keberhasilan transisi menuju ekonomi global yang lebih berkelanjutan, sebut Dody, sangat bergantung kepada pendanaan yang berkelanjutan.
"Untuk itu, segala cara untuk memperkuat investasi berkelanjutan perlu dilakukan secara cepat dan bersama-sama, termasuk melalui berbagai diskusi yang akhirnya berujung pada konsensus bahkan di tingkat nasional maupun global,” ujarnya.
Kendati strategi pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) masih dalam tahap awal, lanjutnya, namun investasi di bidang SDGs sangat penting dilakukan oleh para investor.
"Tidak hanya untuk alasan terkait kebijakan risiko iklim namun juga untuk reputasi dan kepemimpinan mereka (investor) dalam mendorong agenda keberlanjutan ke depan,” tuturnya.
Adapun Bank Indonesia telah memiliki tiga strategi untuk meningkatkan instrumen keuangan berkelanjutan. Pertama, mengembangkan instrumen keuangan hijau dan investasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif sebagai sumber pertumbuhan baru sekaligus memperluas tenaga kerja dan mendukung Paris Agreement.
"Kedua, pentingnya mengembangkan ekosistem instrumen keuangan berkelanjutan. Hal ini dapat diwujudkan dengan dukungan semua pihak terkait, melalui kebijakan insentif, dan disinsentif, sekaligus membangun infrastruktur ketahanan,” sebut dia.
Semua elemen penting seperti taksonomi hijau, layanan verifikasi, sertifikasi hijau, lembaga sertifikasi hijau dan juga lembaga pemeringkat hijau, turut menjadi bagian dari ekosistem instrumen keuangan berkelanjutan.
Kemudian strategi ketiga adalah program peningkatan kapasitas dan bantuan teknis yang berkelanjutan penting untuk meningkatkan pemahaman dan keahlian semua pihak. Dari perspektif makroprudensial, Bank Indonesia mendukung transformasi hijau, melalui uang muka (down payment) yang lebih rendah untuk kendaraan listrik dan pinjaman khusus untuk nilai atau properti hijau.
Baca juga: BI kembali raih penghargaan dunia untuk upaya pengembangan ekonomi syariah
Baca juga: Kendalikan inflasi, BI Riau gandeng Bumdes tingkatkan pasokan pangan
Berita Lainnya
UNIFIL berduka atas tewasnya petugas penjaga perdamaian akibat tabrakan di Lebanon
16 November 2024 16:25 WIB
Indonesia mulai integrasikan bioenergi dan CCS guna kurangi emisi karbon
16 November 2024 16:10 WIB
Presiden China Xi Jinping ajak anggota APEC promosikan ekonomi inklusif
16 November 2024 15:57 WIB
Mike Tyson kalah dari Paul Jake dalam pertarungan selama delapan ronde
16 November 2024 15:49 WIB
BPBD DKI sebut genangan banjir rob di Jakarta Utara mulai berangsur turun
16 November 2024 15:25 WIB
Ketua MPR Ahmad Muzani lelang 1 ton sapi untuk disumbangkan korban Gunung Lewotobi
16 November 2024 15:10 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB