Pekanbaru (ANTARA) - Hadi Sucipto tak menyangka bahwa ia akan berkebun sawit. Dulu, penghasilan warga sekitar Rohul ini adalah pekebun getah dan mencari ikan. Hadi sendiri memiliki kebun sawit sebesar 2 hektare yang awalnya kebun getah atau karet dari orang tuanya dulu. Kebun tersebut ditanaminya pada sekitar tahun 2007.
Di sisi lain, ia juga memiliki kebun yang tergabung dalam program Kredit Koperasi Primer Anggota atau KKPA. Ia mengaku mendapatkan lahan sebesar 1,5 ha dalam program KKPA ini dari kepala sukunya dahulu. Melalui Koperasi Serba Usaha (KSU) Sumber Rezeki.
Dari dua kebun yang dimilikinya itu, ia bisa mendapatkan uang sebesar Rp7,5 juta per bulannya. "Dari kebun yang dikelola sendiri saya mendapatkan Rp3 juta," akunya. Sementara itu, dari program KKPA yang diikutinya, ia bisa mendapatkan Rp4,5 juta.
Jika dibandingkan luasannya, pendapatan kebun KKPA jauh lebih besar dibandingkan pendapatan kebun yang dikelolanya sendiri. Pada kebun KKPA, penghasilan bersih yang diterimanya Rp3 juta rupiah per hektare. Sementara untuk kebun yang dikelolanya, ia hanya dapat menghasilkan Rp1,5 juta per hektare. Artinya, penghasilan yang diterima dari program KKPA dua kali lebih besar dibandingkan dengan kebun yang dikelola sendiri.
Tidak memiliki keahlian yang memadai, menurut Hadi, merupakan kendala utama yang menyebabkan hasil yang didapatkan petani tidak sebanyak yang dikelola oleh operator yakni PT Ekadura Indonesia.
Yang kedua, menurutnya, adalah masalah bibit. Bibit yang dikelola oleh KKPA itu dari bibit yang berkualitas. Sementara di kebun masyarakat pada umumnya menggunakan bibit yang belum tentu bersertifikat.
Dedi Gunawan, petani KKPA tahap I, mengamini Hadi. Dedi yang merupakan warga asli Kota Lama ini bisa mendapatkan hasil sebesar Rp8 juta. Sementara itu, kebun yang dikelolanya sebesar empat hektare hanya mendapatkan Rp6-7 juta.
Pada saat puncak harga beberapa bulan lalu, ia bisa mendapatkan penghasilan Rp13 juta dari KKPA.
Perawatan dan pengelolaan, menurut Dedi, menjadi faktor pembeda antara kebun yang dikelola oleh PT EDI dan kebun yang dikelolamasyarakat itu sendiri.
Ginanjar Maolid, Community Development Officer (CDO) PT Ekadura Indonesia (EDI) menyatakan bahwa pengelolaan kebun KKPA tidak berbeda dengan pengelolaan kebun inti perusahaan. PT EDI mengelola kebun KKPA dengan standar yang sama.
Baik secara operasional maupun keuangan, KKPA PT EDI dikelola dengan standar Astra. “Bahkan, performance kebun KKPA bisa lebih baik dibandingkan dengan kebun inti,” ungkapnya.
Selain itu, pengelolaan kebun juga sangat transparan. Setiap harinya, petani dapat mengawasi langsung kegiatan di KKPA melalui KSU Sumber Rezeki maupun Kelompok Tani.
"Semua ini dalam rangka menjalankan visi Sejahtera Bersama Bangsa," tegasnya.
Berita Lainnya
Siasat UMKM binaan PT EDI raup belasan juta di kebun kelapa sawit
16 October 2024 9:45 WIB
Ciptakan pilkada kondusif, ini yang dilakukan Iptu Edi Dalianto
19 September 2024 13:29 WIB
Wakil Rektor Prof Edi Erwan hadiri penandatanganan MoU UIN Suska Riau dengan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
06 November 2023 13:22 WIB
TJSP untuk masyarakat di Rohul
08 February 2023 18:07 WIB
3 Tahun mengabdi, Edi Mulyono serah terimakan tongkat kepemimpinan Lapas Bengkalis kepada Muhammad Lukman
12 January 2023 12:07 WIB
Kawasan konservasi jaga ekosistem Sungai Manding di Rohul
04 January 2023 18:06 WIB
Pria ini mengaku bisnis hortikultura lebih untung bersama PT EDI
24 September 2022 14:45 WIB
Edi Efrison resmi dilantik jadi anggota DPRD Kampar
01 April 2022 20:03 WIB