Kawasan konservasi jaga ekosistem Sungai Manding di Rohul

id Pt edi, sungai mending

Kawasan konservasi jaga ekosistem Sungai Manding di Rohul

Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)

Pekanbaru (ANTARA) - Ekosistem sungai merupakan ekosistem yang memiliki fungsi yang sangat vital bagi kehidupan. Selain untuk menyediakan sumber air, ekosistem sungai juga memberikan ruang bagi keanekaragaman hayati yang hidup di sekitarnya.

Bagi perkebunan kelapa sawit, perlindungan atau konservasi terhadap Kawasan sepadan sungai merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga keberlanjutan usaha perusahaan.

PT Ekadura Indonesia (EDI) memiliki kawasan konservasi di dalam areal konsesinya. Kawasan tersebut adalah areal bernilai konservasi tinggi/High Conservation Value (HCV), berupa areal berhutan, sungai dan sempadannya.

“Untuk mewujudkan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan yang ramah terhadap lingkungan, PT EDI telah melakukan penilaian areal HCV pada tahun 2020 secara internal di areal konsesinya,” kata Ginanjar Maolid, Community Development Officer (CDO) PT EDImelalui pernyataannya, Rabu.

Penilaian itu sendiri sudah dilaksanakan sejak 2012 dan terus dikembangkan dengan metode yang sesuai dengan peraturan perundangan terkini.

Keberadaan areal konservasi mendukung adanya konsentrasi keanekaragaman hayati di beberapa lokasi di antaranya adalah sempadan sungai sepanjang areal blok sawit pada sungai yang mengalir di wilayah HGU PT EDI, yaitu Sungai Manding.

Sungai Manding berada di dalam HGU PT EDI teridentifikasi sepanjang 15 km dengan potensi sempadan sungai seluas sekitar 172,21 ha.

Areal sempadan Sungai Manding tersebut menjadi habitat bagi satwa liar dilindungi. Berdasarkan hasil surveilapangan, di dalam HGU PT EDI terdapat masih dijumpai beberapa spesies yang dilindungi menurut Permen LHK Nomor 106 tahun 2018 dan diantaranya berstatus konservasi penting secara daftar CITES dan IUCN.

“Ketersediaan habitat bagi tumbuhan dan satwa liar dilindungi tersebut menjadi indikasi PT EDI telah melaksanakan upaya program konservasi sumberdaya alam di Sepanjang Sungai Manding dengan sangat baik,” tegas Ginanjar.

Selain itu, PT EDI juga mengembangkan areal konservasi di Waduk yang merupakan sumber air buatan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekitar kebun ketika musim kemarau. Sebesar 3,46 hektare di sekitar waduk tersebut telah direhabilitasi dan dijadikan arboretum.

Kegiatan pengelolaan dan pemantauan HCV yang dilakukan oleh PT EDI di lapangan meliputi pemantapan batas kawasan konservasi, pengamanan kawasan konservasi, pembinaan habitat dan populasinya, rehabilitasi kawasan konservasi, dan sosialisasi konservasi.

“PT EDI berkomitmen untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan kawasan konservasi yang ada,” pungkasnya.