3.798 orang di Pekanbaru berisiko stunting, butuh intervensi BAAS

id BKKBN Provinsi Riau

3.798 orang di Pekanbaru berisiko stunting, butuh intervensi BAAS

Kepala BKKBN Provinsi Riau Mardalena Wati Yulia bersama Kasrem 031 WB Kol Inf Habzen SIP MM, didampingi Kepala Disdalduk Kota Pekanbaru Muhammad Amin, dalam agenda "Grebek Stunting" menyerahkan paket bantuan berupa beras, minyak goreng dan gula kepada orang tua balita Faiz (1,8) yakni Vivi (35), warga RT 04/RW 03 Kelurahan Sri Meranti (Kampung Nelayan), Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru. (Antara/Frislidia)

Pekanbaru (ANTARA) - Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru bahwa di Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru, Riau tercatat 3.798 orang dari keluarga berisiko stunting yang membutuhkan intervensi semua pihak agar anak mereka tidak menjadi keluarga berpotensi stunting.

"Anak yang berpotensi akan mengalami gangguan pertumbuhn fisik dan kognitifnya, dan kecerdasannya juga terganggu. Sebab stunting penyebabnya adalah kekurangan gizi disamping juga faktor infeksi penyakit, lingkungan dan pola pengasuhan," kata Kepala BKKBN Perwakilan Provinsi Riau Mardalena Wati Yulia di Pekanbaru, Rabu.

Pernyataan tersebut disampaikan Mardalena Wati Yulia bersamaan dengan dikukuhkannya Kepala staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Dudung Abdurrachman sebagai Duta Bapak Asuh Anak Stunting (Baas), berlangsung di Balai Desa Pondokrejo Tempek Sleman DI Yogyakarta Rabu (29/6) sore.
Pengukuhan Kepala staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Dudung Abdurrachman sebagai Duta Bapak Asuh Anak Stunting (Baas), berlangsung di Balai Desa Pondokrejo Tempek Sleman DI Yogyakarta Rabu (29/6) sore, diikuti secara virtual oleh Kasrem 031 WB Kol Inf Habzen SIP MM, didampingi Kepala BKKBN Provinsi Riau Mardalena Wati Yulia dan Kepala Disdalduk Kota Pekanbaru Muhammad Amin di Kampung KB Meranti Jaya RW 03 Jln. Nelayan, Gg. Kesehatan Kelurahan Sri Meranti, Kec. Rumbai-Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. (ANTARA/Frislidia).


Pengukuhan Kasad tersebut sekaligus menjadi rangkaian acara Puncak peringatan Harganas ke-29, yang juga diikuti secara virtual oleh Kasrem 031 WB Kol Inf Habzen SIP MM, didampingi Kepala BKKBN Provinsi Riau Mardalena Wati Yulia dan Kepala Disdalduk Kota Pekanbaru Muhammad Amin di Kampung KB Meranti Jaya RW 03 Jln. Nelayan, Gg. Kesehatan Kelurahan Sri Meranti, Kec. Rumbai-Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.

Menurut Mardalena Wati Yulia, melalui gerakan Bass ini pihaknya mencoba menghimpun paket bantuan dengan dukungan dari mitra kerja, tokoh masyarakat, agama, perusahaan dan pribadi, untuk menyisihkan sebagian rezekinya membantu anak stunting.

Saat ini, baru 20 keluarga sasaran beresiko stunting yang diberikan paket bantuan berupa beras, gula dan minyak goreng itu. Kegiatan ini minimal bisa berlanjut selama tiga bulan, enam bulan hingga setahun agar anak bertambah berat badannya, dan ibu hamil tidak lagi kekurangan darah (anemia) mereka tidak menjadi keluarga berpotensi stunting.

"Program ini hendaknya bisa ditindak lanjuti oleh Kabupaten dan kota hingga ke lini desa, agar kasus stunting agar Riau bisa mencapai target penurunan stunting di tahun 2024 ditetapkan Presiden Jokowi sebesar 14 persen itu," katanya.

Kasrem 031 WB Kol Inf Habzen SIP MM mengatakan, program ini menjadi bagian dan tanggungjawab semua pihak dengan berkolaborasi mewujudkan masyarakat Indonesia sehat, sejahtera dan cerdas dengan harapan menjadi contoh negara lain.

"Mari kita perkuat kerjasama dan saling memberikan informasi apalagi dengan dikukuhkannya Kasad menjadi duta Bapak Asuh Anak Stunting, semua lini perlu bersinergi demi keutuhan NKRI," katanya.

Berdasarkan pendataan Diskes Pekanbaru hingga Juni 2022 tercatat jumlah balita stunting di Kota Pekanbaru sebanyak 36 anak usia 0-59 bulan sebanyak 132.657 orang.

Sedangkan jumlah keluarga beresiko stunting (berdasarkan pendataan keluarga tahun 2021) difokuskan tapisan ibu hamil, calon pengantin dan pasangan usia subur dan keluarga miliki anak usia 0-59 bulan secara keseluruhan di Pekanbaru tercatat 132.657 orang. Khusus di Kelurahan Meranti keluarga beresiko stunting tercatat sebanyak 3.798 orang.

Ketua RW 03 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Reamor mengatakan, munculnya keluarga beresiko stunting di Kelurahan Sri Meranti lebih akibat faktor ekonomi sebagai dampak ditutupnya pabrik karet di kecamatan ini mulai tahun 2019.

"Kepala keluarga yang semula menjadi buruh pabrik karet kini banyak yang menganggur sehingga banyak anggota keluarga yang kekurangan gizi. Ada yang bekerja menjadi kuli bangunan namun itupun tidak tertolong karena mereka sepi job dampak COVID-19 juga," katanya.

Vivi (35), warga RT 04/RW 03 Kelurahan Sri Meranti (Kampung Nelayan), Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru menyatakan senang mendapat bantuan paket sembako dari program Baas itu.

"Kami berharap bantuan ini bisa meringankan pemberian gizi anak agar tidak berpotensi stunting lagi. Apa daya untuk menambah gizi anak, karena suami hanya bekerja sebagai buruh bangunan itu," katanya.