Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mendorong peran individu, perusahaan BUMN maupun swasta untuk membantu pendanaan bagi perluasan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
"Andai kata peran dari masing-masing individu, perusahaan swasta, BUMN, tentunya ini akan mengurangi beban pemerintah dan meningkatkan cakupan peserta JKN ke depan," kata Budi Gunadi Sadikin dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Data Terpadu Kesejahteraan Sosial yang diikuti dari YouTube DPR RI di Jakarta, Rabu siang.
Baca juga: Menkes berharap vaksin Merah Putih bisa diproduksi pada semester kedua 2022
Budi mengatakan dari total 268 juta jiwa masyarakat Indonesia, 214 juta jiwa di antaranya telah menjadi peserta sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Masih ada sekitar 54 juta jiwa penduduk Indonesia hingga sekarang belum memperoleh perlindungan JKN.
Menurut Budi terdapat 120 juta jiwa penduduk di Indonesia saat ini disubsidi oleh negara untuk kebutuhan pelayanan kesehatan. Sumber pendanaan subsidi hingga Oktober 2021 berasal dari anggaran pemerintah pusat untuk 83,54 juta jiwa dan 36,92 juta jiwa disubsidi pemerintah daerah.
Sedangkan sisanya sebanyak 94 juta jiwa peserta terdiri atas pekerja penerima upah 58,9 juta jiwa, pekerja bukan penerima upah 31 juta jiwa dan bukan pekerja 4,37 juta jiwa. "Jadi data ini menggambarkan sebetulnya masih ada ruang untuk kita meningkatkan cakupan JKN karena masih ada 'room' sekitar 54 juta jiwa lagi," katanya.
Selain itu, kata Budi, sebagian besar pembiayaan JKN dilakukan pemerintah pusat dan daerah. "Jadi 120 juta dari 214 juta jiwa dilakukan pemerintah pusat dan pemerintah," katanya.
Baca juga: Menkes: Pfizer produksi obat antivirus pesaing Molnuvirapir
Budi mengatakan peran dari individu, perusahaan BUMN maupun swasta dalam membiayai pelayanan kesehatan diharapkan dapat lebih meningkat sehingga dapat membantu keuangan pemerintah untuk cakupan JKN.
Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi IX DPR RI Anas Thahir mengatakan sebanyak 54 juta jiwa penduduk yang belum masuk dalam kepesertaan BPJS Kesehatan merupakan jumlah yang sangat besar.
"Apalagi kalau seandainya diisi oleh sebagian besar orang miskin. Tentu mereka kelompok masyarakat yang sangat memerlukan jaminan kesehatan dari negara," katanya.
Baca juga: Menkes Budi Gunadi ungkap penyebab belanja kesehatan Rp490 triliun per tahun
Menurut Anas situasi itu bisa saja dikarenakan ada jaminan asuransi kesehatan dari lembaga lain. "Kalau itu yang terjadi, berarti tidak terlalu meresahkan karena berasal dari orang-orang kaya," katanya.
Kemungkinan lain dari situasi itu, kata Anas, juga bisa disebabkan mekanisme pendataan kepesertaan BPJS Kesehatan yang belum optimal. "Ini perlu strategi agar jumlah masyarakat yang belum tercover BPJS Kesehatan semakin lama harusnya semakin kecil," katanya.
Baca juga: Menkes Budi Gunadi optimistis Indonesia mampu capai target penurunan stunting pada 2024
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB