Jakarta (ANTARA) - Kendaraan listrik tanpa diragukan lagi adalah masa depan mobilitas dan pada konferensi iklim COP26 PBB awal November nanti mobilitas hijau akan menjadi fokus.
Industri otomotif, sebagaimana industri lainnya, sedang bergulat dengan peran yang dimainkan dalam menciptakan planet yang lebih berkelanjutan dan mobilitas bersih sedang diupayakan di Asia Tenggara maupun belahan dunia lainnya.
Transportasi di Asia Tenggara (SEA) bertanggung jawab atas 40 persen emisi gas rumah kaca global dan 23 persen karbon dioksida. Namun, karena ekonomi kawasan ini menangani pertumbuhan secara berkelanjutan, transportasi berkelanjutan sebagai fokus utama.
Baca juga: Pemilik kendaraan Polestar 2 bisa ngecas mobil mereka secara gratis
Regulator dan pelaku industri sama-sama menyadari peluang bahwa transisi ke kendaraan listrik (EV) hadiah bagi ekonomi mereka untuk secara bersamaan memajukan tujuan mereka untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan.
Lalu, seberapa antusiasmenya kah masyarakat di kawasan ini menyambut mobilitas hijau? Berdasarkan survei perusahaan riset Milieu Insight baru-baru ini sekitar kurang dari setengah konsumen Indonesia tertarik untuk membeli kendaraan listrik.
Baca juga: Chevrolet Z06 2023 akan melucur pada akhir Oktober
Minat tertinggi di Thailand dan Singapura, di mana 56 persen dari konsumen di sana menyatakan tertarik untuk membeli kendaraan listrik untuk pembelian berikutnya. Di Vietnam 51 persen konsumen menyatakan hal yang sama, sedangkan di Indonesia dan Filipina 47 persen.
Terendah adalah Malaysia dengan hanya 39 persen yang menyatakan berminat membeli kendaraan listrik pada pembelian kendaraan berikutnya.
Baca juga: GESITS targetkan penjualan sebanyak 7.000 unit motor tahun ini
"Untuk responden yang menyatakan tidak akan mempertimbangkan untuk membeli mobil listrik, kami ingin lebih memahami mengapa. Di Singapura, 71 persen mengatakan ada terlalu sedikit stasiun pengisian daya," kata Milieu Insight, dalam pernyataannya, dikutip Rabu.
Alasan yang sama juga diungkapkan oleh 59 persen konsumen di Thailand dan 57 persen di Vietnam. Di Malaysia, harga menjadi alasan utama, 56 persen, diikuti oleh kurangnya stasiun pengisian 55 persen.
Baca juga: Toyota kembali pangkas produksi karena kekurangan suku cadang
Harga juga menjadi perhatian utama konsumen di Indonesia (47 persen). Di Filipina, perhatian utama adalah waktu isi ulang yang lama, 50 persen.
Untuk pembuat kebijakan, mengatasi masalah stasiun pengisian mungkin menjadi langkah selanjutnya yang jelas, karena jelas bahwa pengisian daya yang dapat diakses secara luas dan komprehensif jaringan sangat penting untuk kenyamanan dan untuk mengurangi kecemasan jangkauan.
Berita Lainnya
BPS catat harga gabah dan beras pada November mengalami penurunan
02 December 2024 16:27 WIB
BPBD catat ketinggian banjir rob sempat 40 centimeter pada Senin pagi
02 December 2024 16:18 WIB
BRK Syariah sabet penghargaan sebagai pionir digitalisasi pemerintah daerah
02 December 2024 16:15 WIB
Airlangga sebut inflasi dan pertumbuhan ekonomi landasan UMP 6,5 persen
02 December 2024 14:14 WIB
Pasukan Israel tak berhenti serang Lebanon selatan meski ada gencatan senjata
02 December 2024 13:34 WIB
Dietisien: Tempe merupakan produk nabati yang baik untuk jantung
02 December 2024 13:23 WIB
Kemenag tunggu undangan DPR soal pembahasan biaya penyelenggaraan haji
02 December 2024 12:47 WIB
Badan Gizi Nasional tinjau dapur penyedia makan bergizi di lanud
02 December 2024 12:34 WIB