Budidaya lebah madu ramah lingkungan, Rahmadi raup ratusan juta rupiah

id Pertamina

Budidaya lebah madu ramah lingkungan, Rahmadi raup ratusan juta rupiah

VP CSR & SMEPP PT Pertamina (Persero) Arya Dwi Paramita bersama anggota mencoba menyesap madu lebah Trigona langsung dari sarangnya yang dikembangkan di Desa Tanjung Leban, Kecamatan Bandar Laksamana, Kabupaten Bengkalis, Riau. (ANTARA/Alfisnardo)

Bengkalis (ANTARA) - Rahmadi (27) mengajak sejumlah tamu untuk menyesap madu lebah Trigona langsung dari sarangnya, segar dan tidak terlalu manis. Begitulah ungkapan salah seorang yang mencicipi madu lebah yang dikenal sebagai pendukung imunitas tubuh.

Budidaya lebah madu jenis Apis Cerana, Apis Dorsata dan Trigona banyak dikembangkan di Desa Tanjung Leban, Kecamatan Bandar Laksamana, Kabupaten Bengkalis, Riau. Rahmadi merupakan salah satu pembudidayalebah madu binaan Pertamina RU Sungai Pakning, yang kini cukup diminati.

Madu lebah Trigona, Apis Cerana, Apis Dorsata, banyak dicari selama pandemi COVID-19. Permintaan madu tidak hanya dari Bengkalis dan Pekanbaru saja, bahkan dari luar daerah. Kalau dihitung selama tahun 2020 lalu, kelompok bisa mendapatkan penghasilan ratusan juta rupiah.

"Alhamdulillah hasil dari budidaya lebah madu ini dalam tahun 2020 mencapai Rp244 juta," kata Rahmadi, yang merupakan Ketua Kelompok Madu Biene, Desa Tanjung Leban, Senin (3/10).

Rahmadi dan kelompoknya membudidayakan lebah madu di sekitar rumah. Kotak tempat sarang lebah diletakkan di atas bangku kecil di halaman rumah sehingga mereka tidak perlu repot-repot berburu madu ke hutan.

"Dulu kami biasa mencari madu di hutan dengan sistem pengasapan. Pengasapan menggunakan sabut kelapa atau daun kelapa kering yang dibakar, untuk menghalau lebah, dan dipanen madunya. Karena kebiasaan tersebut, kami para pencari madu selalu dijadikan kambing hitam penyebab kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau," kata Rahmadi.

Namun setelah adanya pendampingan dari Kilang Pertamina Unit Produksi Sei Pakning, melalui Program Budidaya Madu Hutan Gambut, ‘cap’ sebagai penyebab kebakaran mulai hilang. Melalui program tersebut, Rahmadi dan teman-temannya yang tergabung dalam Kelompok Madu Biene, diajarkan mengembangkan budidaya madu hutan, dari hulu ke hilir.

Lebah Trigona, berwarna hitam, berukuran kecil sekitar 4 milimeter dan tidak menyengat. Biasanya bersarang pada lubang pepohonan, membentuk sarang berbentuk bulat-bulat kecil menyerupai gentong berdiameter 1 cm. Dari sarang berbentuk gentong tersebut, madu bisa “disesap” dengan menggunakan sedotan.

Lebih lanjut, Rahmadi menjelaskan madu Trigona merupakan produk unggulanya.

"Per kati atau sebotol kecap kaca, kira-kira 650 mili harganya dua ratus lima puluh ribu rupiah,” kata Ramhadi.

Keberhasilan Rahmadi dan anggota kelompoknya, mendorong minat warga lain untuk belajar budidaya madu. Sudah ada 50 orang dari desa Tanjung Leban dan 60 dari luar desa yang berbagi ilmu budidaya lebah madu.

"Sekarang kami menjadi pionir dalam kegiatan budidaya madu hutan gambut di kawasan Kecamatan Bandar Laksamana, melalui penerapan budidaya dan pemanenan yang berorientasi ramah lingkungan," kata Rahmadi.

Produk Madu diberi merek Biene dijual dalam bentuk curah maupun kemasan. Madu curah biasa dikirim ke Pekanbaru. Sementara produk kemasan 225 ml dijual di kisaran Rp 65 ribu – Rp 75 ribu, secara online di market place dengan pembeli beragam dari seluruh Indonesia. Produk sudah mendapatkan izin PIRT (Pangan, Industri Rumah Tangga) dan sertifikasi halal.

Dirintis sejak 2019

Area Manager Communication, Relations & CSR RU wilayah Dumai PT. Pertamina Kilang Internasional, Imam Rismanto menjelaskan program budidaya madu yang dirintis sejak tahun 2019 diawali dengan edukasi dan penyuluhan terkait wawasan lingkungan dan panen madu tanpa bakar.

"Awalnya warga masih awam akan hal tersebut, namun lambat laun mulai menunjukkan minat setelah diberikan pelatihan budidaya lebah madu yang bisa dilakukan di sekitar rumah mereka sendiri tanpa harus ke hutan. Tahun ini kami juga menambahkan pelatihan bagi warga untuk mengembangkan budidaya lebah madu jenis mellifera,"jelas Imam.

VP CSR & SMEPP PT Pertamina (Persero) Arya Dwi Paramita yang melihat langsung panen madu beberapa waktu yang lalu mengungkapkan kegiatan ini sebagai salah satu bentuk komitmen perusahaan dalam mendukung tercapainya SDGs ke-8 yakni mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, produktif dan pekerjaan yang layak.

"Yang paling penting bahwa budidaya lebah madu ramah lingkungan ini telah membangun kepedulian masyarakat untuk merawat dan melestarikan lingkungan melalui pencegahan kebakaran di lahan gambut,”kata Arya.

Kembangkan potensi

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hoktikultura dan Peternakan Kabupaten Bengkalis Tarmizi mengatakan bahwa budidaya lebah madu ramah lingkungan yang ada mulai dikembangkan potensinya di sejumlah daerah yang ada di Kabupaten Bengkalis.

Selain itu penghasilan dari budidaya lebah madu ini memang menjanjikan dan cukup besar, bisa mencapai kisaran puluhan juta per bulannya

"Budidaya madu ini bukan jenis madu kelulut, selain di di Desa Tanjung Leban juga telah dikembangkan potensinya di Desa Bukit Kerikil dan hasil per bulannya bisa mencapai Rp50 juta hingga Rp60 juta," ujar Tarmizi.

Selain itu Pemkab Bengkalis juga memberikan apresiasi kepada Pertamina yang juga turut berperan melakukan pembinaan kepada petani sehingga dapat membudidayakan madu bukan jenis kelulut ini dengan baik.

"Kami juga telah mencoba mengembangkan budidaya madu ini di wilayah Rupat melalui dana CSR perusahaan yang ada disana dan ini baru pada tahap permulaan," ungkapnya.

Tarmizi juga berharap dengan adanya budidaya lebah madu jenis Apis Cerana, Apis Dorsata dan Trigona bisa berkembang dengan baik dan Pemkab Bengkalis juga berupaya memprogramkan pelatihan kepada peternak madu secara bertahap nantinya.