Sanae Takaichi buka peluang untuk jadi PM wanita pertama Jepang

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara,PM Jepang

Sanae Takaichi buka peluang untuk jadi PM wanita pertama Jepang

Arsip - Sanae Takaichi saat menjadi Menteri Dalam Negeri Jepang, September 2019. (ANTARA/Reuters)

Tokyo (ANTARA) - Mantan menteri dalam negeri Sanae Takaichi akan mengumumkan pencalonannya untuk menjadi ketua Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa. Jika terpilih, dia akan menjadi perdana menteri wanita pertama Jepang, kata kantornya pada Rabu.

Takaichi mendapat dukungan dari mantan perdana menteri Shinzo Abe, kata media lokal.

Baca juga: PM Jepang Suga undur diri, bagaimana kalender politik Jepang selanjutnya?

Dia akan mendasarkan tantangannya dalam pemilihan pada kebijakan untuk menangkis ancaman teknologi China dan membantu memperkuat ekonomi Jepang yang terpukul oleh pandemi virus corona.

LDP akan mengadakan pemilihan kepemimpinan pada 29 September setelah sang ketua, Perdana Menteri Yoshihide Suga, mengumumkan Jumat lalu bahwa ia akan mengundurkan diri.

Pemenang pemungutan suara kepemimpinan LDP dipastikan akan menjadi perdana menteri Jepang berikutnya.

Baca juga: Kandidat PM Jepang Kishida serukan paket stimulus Rp3,8 kuadriliun lebih

Sejauh ini hanya mantan menteri luar negeri Fumio Kishida yang telah mengumumkan pencalonannya. Namun, Takachi dan menteri urusan vaksinasi COVID-19 yang populer Taro Kono telah memberi isyarat untuk ikut mencalonkan diri.

Takaichi, 60 tahun, menjadi menteri dalam negeri wanita pertama dalam pemerintahan periode kedua Shinzo Abe pada 2014.

Namun, meski media lokal mengatakan Abe yang berpengaruh telah memberikan dukungannya kepada Takaichi dan membantunya mendapatkan 20 pendukung anggota parlemen yang dibutuhkan untuk mencalonkan diri dalam pemilihan kepemimpinan, Takaichi memiliki peringkat popularitas yang buruk dan dapat menghambat peluangnya.

Baca juga: PM Jepang dan Presiden Korea Selatan akan bertemu untuk pertama kali

Anggota LDP akar rumput akan memilih dalam pemilihan kepemimpinan bersama dengan anggota parlemen partai, dan siapa pun yang menang akan memimpin partai ke pemilihan majelis rendah yang harus digelar pada 28 November.

Hal itu menjadikan daya tarik publik sebagai faktor penting dalam memilih pemimpin yang baru.

Takaichi mengatakan dia ingin mengatasi masalah yang belum terselesaikan oleh pemerintahan sebelumnya, seperti upaya untuk mencapai inflasi 2 persen. Dia juga ingin memperkenalkan undang-undang "yang mencegah kebocoran informasi sensitif ke China".

Baca juga: PM Jepang Shinzo Abe berencana umumkan kondisi kesehatannya pekan ini

Dia mengatakan anggaran tambahan perlu disusun segera mungkin untuk meningkatkan sistem medis Jepang, yang berada di bawah tekanan karena pandemi COVID-19.

Sebagai seorang anggota sayap paling konservatif dari LDP, Takaichi sering mengunjungi Kuil Yasukuni, sebuah kuil peringatan untuk pasukan perang Jepang yang gugur.

Baca juga: Peringati PD II, PM Jepang Shinzo Abe bersumpah tak akan mengulang perang

Kunjungan para pemimpin Jepang ke kuil itu selalu membuat marah negara-negara musuh lamanya di masa perang, seperti China dan Korea Selatan.

Takaichi juga menentang kebijakan yang mengizinkan pasangan menikah untuk memakai nama keluarga yang berbeda. Sikapnya itu mengecewakan para pendukung hak-hak perempuan.

Takaichi dijadwalkan untuk berbicara pada pukul 16.00 waktu setempat. Sementara Kishida menyampaikan pidato kebijakannya pada pukul 10.00 pagi.

Sumber: Reuters