Sosiolog menilai tawuran di Johar Baru bermotif eksistensi antar geng

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, tawuran

Sosiolog menilai tawuran di Johar Baru bermotif eksistensi antar geng

Ilustrasi tawuran. (ANTARA/HO)

Jakarta (ANTARA) - Sosiolog asal Universitas Indonesia, Ida Ruwaida, menilai tawuran yang kerap kali terjadi di kampung padat penduduk Johar Baru, Jakarta Pusat, bermotif sebagai ajang eksistensi antargeng.

Dari hasil pemetaan tim Sosiolog UI, setidaknya ada 50 geng atau kelompok warga yang tersebar di kelurahan, yakni Tanah Tinggi, Johar Baru dan Kampung Rawa. Oleh sebab itu, tak heran jika kawasan Johar Baru dikenal sebagai kampung tawuran.

Baca juga: Tawuran antarpemuda di Bengkalis berakhir damai

"Studi kami menunjukkan bahwa motif tawuran memang bisa hal-hal sepele, bahkan menjadi ajang eksistensi dari kelompok atau geng," kata Ida saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Menurut para sosiolog, motif terjadinya tawuran pada kelompok warga di Johar Baru, yakni "violence for fun" atau kekerasan untuk kesenangan.

Ida menjelaskan bahwa tawuran dapat distimulus dari cekcok antarwarga, apalagi jika ada pihak-pihak lainnya yang ikut memprovokasi.

Dengan begitu, tawuran dapat terjadi bukan lagi antarwarga tetapi lebih merupakan tawuran antarkelompok, termasuk yang sering terjadi yakni kelompok warga di Kelurahan Tanah Tinggi (Baladewa) versus warga di Kelurahan Kampung Rawa.

Baca juga: Malam Ramadhan, polisi Pekanbaru gulung 29 pemuda terlibat tawuran

Dari hasil kajian sejak 2011, setidaknya selama 10 tahun terakhir, frekuensi tawuran relatif menurun. Namun, sepanjang tahun ini, setidaknya tawuran di Johar Baru terjadi lebih dari tiga kali.

"Hal menarik ada indikasi bahwa tawuran bisa distimulus oleh pihak-pihak tertentu yang dimungkinkan memiliki agenda terselubung," kata dia.

Kondisi rendahnya pendidikan dan lemahnya keterampilan membuat kelompok warga usia muda ini menjadi rentan, marginal, bahkan terstigma.

Baca juga: Jumlah korban tewas tawuran antargeng motor di Cirebon bertambah

"Kondisi ini tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial ekonomi masyarakat Johar Baru yang kumuh, miskin dan padat," kata Ida.

Oleh karenanya, Polisi maupun Pemerintah Kota Jakarta Pusat perlu melakukan pendekatan yang lebih persuasif dan edukatif di lintas kelompok warga atau lintas geng yang berfokus pada kegiatan seni budaya dan pelatihan keterampilan hidup.

Pendekatan dan pendampingan yang lebih intensif ini dilakukan untuk meminimalkan berulangnya tawuran di Johar Baru.

Baca juga: Tawuran antar warga di Bengkalis, sembilan luka-luka