Lapaz (ANTARA) - Kebakaran telah menghanguskan sekitar 150.000 hektar hutan dan padang rumput sepanjang tahun ini di dataran rendah Bolivia, kata pihak berwenang negara itu.
Petugas pemadam kebakaran berjuang memadamkan api yang tersebar sejak pekan lalu di Santa Cruz timur.
Kebakaran menyebar melalui komunitas di wilayah Amazon dan Chaco di Bolivia, yang merupakan bagian dari dua wilayah hutan lintasnegara terbesar di Amerika Latin.
Baca juga: Polisi Riau tangani 20 kasus Karhutla dengan 24 tersangka
Di kawasan itu, kerusakan sering disebabkan oleh pembukaan lahan untuk penggembalaan, penanaman, dan permukiman manusia.
Juan Carlos Calvimontes, wakil menteri pertahanan sipil, mengatakan kebakaran hampir semuanya dimulai oleh manusia dan mereka yang ditemukan bertanggung jawab akan dipaksa untuk membayar biaya pemadaman.
"Asal api, hampir 90 persen, sengaja ditimbulkan, api itu tidak mulai dengan sendirinya," katanya kepada televisi lokal.
Tentara, petugas pemadam kebakaran, dan sukarelawan telah mengendalikan sebagian besar kebakaran itu, yang mulai muncul minggu lalu dan diperparah oleh angin kencang dan suhu terik. Mereka mendapat dukungan pesawat yang menjatuhkan air.
Baca juga: Enam titik panas terdeteksi di Riau
Sebuah laporan oleh kementerian Pertahanan Sipil mengatakan titik api yang mengidentifikasi kebakaran aktif telah turun dari 800 menjadi 170 selama seminggu terakhir. Tidak ada kerusakan properti atau bahaya pada manusia yang dilaporkan, tambahnya.
Bolivia mencatat kebakaran hutan terburuk dalam sejarahnya pada 2019, ketika api menghancurkan lebih dari 6,4 juta hektar lahan pedesaan, menurut data dari Pusat Dokumentasi dan Informasi Bolivia.
Tahun ini, kebakaran --yang mendominasi di belahan bumi selatan musim dingin Mei hingga awal Agustus-- telah berkurang, dengan 156.799 hektar tercatat terbakar.
Baca juga: Waduh, ada 23 titik panas di Riau
Jumlah itu turun dibandingkan dengan 404.527 hektar pada periode yang sama pada 2020.
Saat ini, kawasan hutan yang panas dan semikering di Chiquitania, antara Amazon dan Chaco, adalah zona yang paling terpengaruh. Daerah ini dihuni masyarakat adat serta keanekaragaman hayati dan satwa liar yang kaya, termasuk jaguar, kaiman --binatang yang satu keluarga dengan buaya dan aligator, dan ular.
"Hal yang menyedihkan adalah bahwa setiap kali beberapa orang melakukan pembakaran, tindakan itu menghancurkan alam, habitat di mana ribuan spesies makan dan hidup," kata Jerjes Su¡rez, seorang dokter hewan dari Robor, salah satu kota yang terkena dampak, saat dia mengangkat seekor kura-kura Chaco yang nyaris lolos dari kobaran api.
Baca juga: Wah, 148 titik panas terpantau di Riau
Sumber: Reuters
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB