Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KASAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo di Jakarta, Rabu, mendorong pembentukan Badan Pengelola Ruang Udara Nasional demi meningkatkan sinergitas antarpengelola kedirgantaraan di Indonesia.
"Saya meyakini diperlukan adanya sebuah badan yang mewadahi seluruh stakeholders yang membutuhkan penggunaan ruang udara, untuk kemudian mengelola ruang udara mulai dari level strategis hingga ke level teknis,” kata Marsekal TNI Fadjar Prasetyo saat menyampaikan pidato kunci (keynote speech) pada Seminar Nasional "Pengelolaan Ruang Udara Nasional" yang disiarkan secara langsung di Gedung Ksatrian Sekkau, Jakarta.
Baca juga: Kasau: Korpaskhas harus mampu hadapi ancaman persenjataan Nuklir, biologi dan kimia
Dalam seminar itu, yang diselenggarakan oleh Perwira Siswa (Pasis) Sekolah Komando Kesatuan TNI Angkatan Udara (Sekkau) Angkatan ke-109, Kasau menerangkan Indonesia sampai saat ini belum memiliki satu badan yang secara menyeluruh mengelola ruang udara nasional.
Padahal, lanjutnya, keberadaan badan itu penting untuk pengelolaan ruang udara dari sektor pertahanan, keamanan, ekonomi, sampai sosial dan budaya.
"Kami tidak bermaksud mengecilkan arti pengelolaan ruang udara nasional hanya terbatas pada sudut pandang pertahanan negara saja. Sebagai bagian integral Negara Kesatuan Republik Indonesia, kami sangat memahami bahwa hakikat kewenangan dan tanggung jawab Indonesia dalam mengatur ruang udara juga harus memerhatikan kepentingan selain pertahanan negara seperti aspek keselamatan penerbangan dan pemanfaatan secara luas demi pertumbuhan ekonomi nasional," terang Kasau kepada para peserta seminar yang dihadiri oleh kalangan TNI, pengamat dan akademisi, perwakilan pemerintah sampai anggota DPR RI.
Dalam kesempatan itu, Marsekal TNI Fadjar Prasetyo juga mendorong adanya sinkronisasi atau penyatuan berbagai kepentingan pada tata kelola ruang udara nasional, antara lain kepentingan pertahanan, keselamatan penerbangan, dan perekonomian nasional.
"Sehingga aspek security, safety, dan prosperity senantiasa bisa terwadahi," kata dia.
Di samping mendorong pembentukan badan pengelola ruang nasional, Kasau juga mengingatkan masih adanya kekosongan hukum pada beberapa kegiatan pengelolaan ruang udara nasional.
Pengelolaan ruang udara itu, antara lain mengenai batas wilayah secara vertikal dan horizontal, tindak pidana pelanggaran kedaulatan, pelanggaran terhadap aksi menerobos daerah terlarang, sanksi hukum pelanggaran wilayah udara, masalah pemetaan dan foto udara, kewenangan masing-masing pemangku kepentingan, batas kewenangan antara pusat dan daerah, serta potensi terhadap ancaman dan pemanfaatan perkembangan teknologi kerdigantaraan.
Kekosongan hukum itu perlu mendapat perhatian bersama, terutama dari pemerintah dan DPR RI, karena masalah tata kelola ruang udara nasional juga menyangkut urusan kedaulatan NKRI, Kasau menegaskan.
Usai Kasau menyampaikan pidato kuncinya, acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan dari perwakilan Komisi I DPR RI, pejabat Kementerian Pertahanan dan perwakilan Kementerian Perhubungan, TNI AU, dan Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia.
Baca juga: Kasau: Peringatan Hari Bakti Ke-73 TNI AU tahun ini berlangsung sederhana, tapi sarat makna
Baca juga: TNI AU janji ganti rugi rumah warga Riau yang rusak tertimpa pesawat jatuh
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Berita Lainnya
Warga Gaza dambakan perdamaian dan kehidupan normal
19 December 2024 12:00 WIB
Film "Perang Kota" akan jadi penutup festival film Rotterdam, Belanda ke-54
19 December 2024 11:38 WIB
Bandara Radin Inten perkirakan capai 95 ribu penumpang di libur akhir tahun
19 December 2024 11:29 WIB
Baznas dan Kemenag resmi luncurkan peta jalan zakat 2045
19 December 2024 11:20 WIB
IHSG Bursa Efek Indonesia melemah di tengah The Fed pangkas suku bunga acuan
19 December 2024 11:12 WIB
Nilai tukar rupiah melemah tajam karena The Fed beri pernyataan sangat "hawkish"
19 December 2024 10:35 WIB
Direksi BRK Syariah bersama Wamen Dikdasmen RI hadiri Milad ke-112 Muhammadiyah
19 December 2024 10:16 WIB
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB