Kebanjiran korban meninggal COVID-19, India mulai lakukan kremasi massal

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara,India, corona

Kebanjiran korban meninggal COVID-19, India mulai lakukan kremasi massal

Sejumlah kerabat menangisi kematian seorang pria akibat terpapar penyakit virus corona atau COVID-19 saat proses kremasi di sebuah krematorium di Kota New Delhi, India, Senin (28/9/2020). j. (ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi/ws)

New Delhi (ANTARA) - Warga Delhi Nitish Kumar terpaksa menyimpan jasad ibunya di rumah selama hampir dua hari sambil mencari ruang di krematorium kota tersebut - sebuah tanda banjir kematian di ibu kota India tempat kasus COVID-19 mengganas.

Pada Kamis Kumar mengkremasi ibunya, yang meninggal karena COVID-19, di tempat kremasi massal darurat di sebuah tempat parkir sebelah krematorium di Seemapuri, timur laut Delhi.

Baca juga: Mulai 25 April, Jepang akan terapkan keadaan darurat untuk Tokyo dan Osaka

"Saya mencari ke sana-sini tetapi semua krematorium mempunyai berbagai alasan ..

India mencatat jumlah kasus harian COVID-19 tertinggi di dunia yakni 314.835 kasus pada Kamis (22/4), dengan gelombang kedua pandemi menghancurkan infrastruktur kesehatan yang lemah. Di Delhi saja, di mana rumah sakit mengalami krisis pasokan oksigen, lonjakan kasus harian COVID-19 mencapai 26.000.

Mereka yang kehilangan orang terkasih di ibu kota India, tempat 306 orang meninggal karena COVID-19 dalam sehari, beralih ke fasilitas darurat yang melakukan penguburan massal dan kremasi lantaran krematorium kewalahan.

Jitender Singh Shunty, penyedia layanan medis Shaheed Bhagat Singh Sewa Dal, mengatakan hingga Kamis malam 60 jasad telah dikremasi di fasilitas darurat di lapangan parkir dan 15 jasad lainnya masih menunggu.

"Tak seorang pun di Delhi pernah menyaksikan pemandangan demikian. Anak-anak yang berusia 5 tahun, 15 tahun, 25 tahun sedang dikremasi. Pengantin baru dikremasi. Berat untuk melihatnya," ungkap Shunty dengan mata berkaca-kaca.

Shunty, yang mengenakan alat pelindung dan sorban kuning cerah, mengatakan tahun lalu selama puncak gelombang pertama COVID-19 jumlah maksimal jasad yang ia bantu kremasinya adalah 18 jasad sehari, dengan rata-rata 8-10 per hari.

Menurutnya, pada Selasa 78 jasad dikremasi di satu tempat saja.

Kumar bercerita ketika ibunya, yang seorang petugas kesehatan pemerintah, terbukti positif COVID-19 10 hari yang lalu, otoritas tidak mendapatkan tempat tidur rumah sakit untuknya.

"Pemerintah tidak melakukan apa-apa. Hanya kamu yang bisa menyelamatkan keluargamu. Kamu sendiri," katanya.

Baca juga: Kanada akan larang sementara penerbangan penumpang asal India, Pakistan

Baca juga: Ketua MPR minta masyarakat tidak ikut berspekulasi terkait KRI Nanggala-402


Sumber: Reuters

Penerjemah: Asri Mayang Sari