23 Balita Menunggu Suaka Di Rudenim Pekanbaru

id 23 balita, menunggu suaka, di rudenim pekanbaru

23 Balita Menunggu Suaka Di Rudenim Pekanbaru

Pekanbaru, (antarariau) - Sebanyak 23 balita asal negara konflik masih menghuni Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pekanbaru, Riau, menunggu pemberian suaka dari Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Pengungsi (UNHCR).

"Sampai sekarang, dari data yang berhasil kami rangkum itu ada sebanyak 23 balita atau anak berusia dibawah enam tahun yang merupakan pemohon suaka di Rudenim Pekanbaru," kata Kepala Rudenim Pekanbaru Firtz Aritonang yang dihubungi ANTARA di Pekanbaru, Jumat.

Fritz mengatakan, sebanyak 23 balita tersebut dibawa bersama orang tua mereka untuk mengungsi ke negara tujuan yangh rata-rata yakni Australia.

Namun, demikian Fritz, sampai sekarang PBB melalui United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) selaku lembaga yang mengurusi masalah pengusi, belum mengeluarkan rekomendasi yang dimohonkan.

Sebagai dampaknya, kata dia, puluhan balita tersebut masih menginap di Rudenim Pekanbaru bersama orang tua mereka yang rata-rata berasal dari negara konflik seperti Palestina, Afghanistan dan lainnya.

"Namun demikian mengenai kesehatan balita tersebut kami jamin dengan asupan gizi yang mencukupi. Bahkan sebagain orang tua dari balita itu memutuskan untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan balita, tapi tetap berada dalam pengawasan kami," katanya.

Fritz mengatakan, penumpukan jumlah balita di Rudenim Pekanbaru juga disebabkan lambannya respon UNHCR dalam hal pemberian hak suaka bagi keluarga sang balita.

"Bahkan ada yang telah dua tahun di Rudenim, namun sampai sekarang belum mendapatkan hak suaka mereka. Mereka seua berasal dari negara konflik," katanya.

Kondisi demikian diakuinya mendatangkan kekhawatiran bagi pihaknya mengingat kapasitas Rudenim Pekanbaru yang juga terbatas.

Setiap bulan, katanya, bahkan selalu ada penambahan imigran dari berbagai kota atau daerah dalam maupun luar Provinsi Riau.

"Saat ini saja, kapasitas ruang Rudenim Pekanbaru sudah mulai kelebihan kapasitas. Seharusnya layak hanya dihuni 153 imigran, saat ini sudah mencapai lebih 160 orang. Kami mengkhawatirkan terjadi kericuhan akibat kondisi ini," katanya.