Jakarta (ANTARA) - Sejumlah penggiat batik dari kaum difabel
tuna rungu binaan Rumah Batik Palbatu, Jakarta Selatan, kini memproduksi masker khusus terbuat dari kain batik.
Budi Dwi Hariyanto, salah satu pendiri Rumah Batik Palbatu, saat ditemui pada Ahad mengatakan para penggiat batik difabel ingin berkontribusi dalam penanganan COVID-19 dengan memproduksi masker berbahan batik.
"Sejak PSBB diberlakukan lagi di Jakarta, berarti kita juga harus punya sumber 'income' (pemasukan) yang lain, salah satunya memproduksi masker kain batik," kata Budi Dwi Hariyantoyang akrab disapa Harry.
Harry menyebutkan produksi masker kain rata-rata per pekan antara 50 hingga 100 buah.
Masker batik yang diproduksi berasal dari kain-kain batik yang belum dimanfaatkan. Lalu dijahit dan dibuat masker dua tipe, yakni untuk jilbab dan untuk yang tidak pakai jilbab.
"Satu masker kami jual seharga Rp15 ribu," katanya.
Untuk tingkat keamanan masker, kata Harry, masker batik yang mereka produksi dibuat sesuai standar pemerintah yakni terdiri atas tiga lapis kain dengan bahan yang nyaman.
Kain batik berada di permukaan terluar dengan di bagian dalam dan belakang masker dibuat dari kain pohon berbahan katun.
"Kain batik sudah diproses sedemikian rupa sehingga ketika dipakai aman dan nyaman, termasuk aroma dari lilin atau pewarnaan sudah disterilkan," ujar Harry.
Penjualan masker batik karya difabel dari Rumah Batik Palbatu masih diedarkan secara daring (online) lewat media sosial serta aplikasi pesan pemilik Rumah Batik Palbatu.
Atau pemesan bisa langsung mendatangi Rumah Batik Palbatu yang terletak di Jalan Palbatu IV No 17, Kelurahan Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan.
"Bisa juga pesan dengan menghubungi saya langsung di nomor 08161493612," ujar Harry.
Budi menambahkan, memproduksi masker adalah salah satu strategi bertahan di era pandemi yang dilakukan para penggiat batik di Rumah Batik Palbatu.
Selama masa pandemi COVID-19 dan diberlakukanPembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seluruh aktivitas edukasi dan produksi batik di Rumah Batik Palbatu terhenti. Hal ini membuat para penggiat batik juga minim aktivitas juga pendapatan.
"Harapannya dengan masker batik ini semoga banyak yang memesan dan menjadi nilai ekonomi bagi teman-teman penggiat batik difabel," kata Harry.
Sebelumnya, bertepatan dengan hari Batik Nasional tanggal 2 Oktober, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengunggah tentang penggunaan baju batik dalam rapat di Balai Kota. Ia juga mengenakan masker dari batik.
Anies dalam unggahannya menyebutkan batik asalnya digunakan sebagai kain 'jarik' (bawahan). Pakemnya dulu, kaum lelaki selalu memakai baju kemeja polis ataupun lurik dan tidak berkemeja dengan bermotif.
Suatu saat ada yang mengambil langkah kebaharuan, di luar kebiasaan. Perancang busana menggunakan kain hasil membatik bukan sebagai jarik, tapi menjadi kemeja bagi kaum lelaki.
"Mengejutkan karena menerobos kebiasaan, menerobos tradisi. Pastinya banyak pihak menyebut itu adalah pelanggaran pakem. Kini sejarah pelanggaran itu tak ada lagi yang tahu dan diingat. Bahkan hari ini batik pun bisa digunakan menjadi masker," tulis Anies.
Berita Lainnya
Sejumlah warga difabel senang silaturahmi dengan Presiden
11 April 2024 8:10 WIB
Menciptakan lapangan kerja bagi kaum difabel
12 March 2024 11:16 WIB
Partai Persatuan Pembangunan beri peluang difabel maju sebagai calon anggota legislatif
13 November 2023 11:31 WIB
Satlantas Polresta Pekanbaru terbitkan SIM bagi penyandang difabel
08 May 2023 14:15 WIB
Solo mulai uji coba bus low deck ramah difabel, begini penampakannya
11 January 2022 14:54 WIB
Mendobrak batas kelompok disabilitas, PTPN V stimulus UMKM difabel
03 December 2021 19:10 WIB
BTS inspirasi ARMY Indonesia galang dana untuk berdayakan kaum difabel
29 October 2021 13:28 WIB
Film "The Witches" diprotes komunitas difabel, Warner Bros minta maaf
05 November 2020 12:02 WIB