Santiago (ANTARA) - Serikat Codelco, produsen tembaga terbesar dunia, di Chile pada Rabu (8/7) mengungkapkan bahwa hampir 3.000 penambang terinfeksi virus corona sehingga perusahaan tersebut didesak untuk memberikan perlindungan ekstra.
Patricio Elgueta, Presiden Federasi Pekerja Tembaga (FTC), kelompok yang menaungi serikat perusahaan, mengatakan kepada Reuters bahwa pihaknya telah mendata 2.843 pekerja yang terinfeksi virus corona hingga 5 Juli.
Baca juga: Kasus virus corona global melebihi 12 juta
"Perusahaan merahasiakan basis data para pekerja, sehingga kami harus mendatanya setiap hari untuk melihat bagaimana perkembangan (infeksi)," katanya.
Codelco belum menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Sejumlah serikat dan kelompok sosial mendesak Codelco dan perusahaan-perusahaan tambang lainnya agar menghentikan operasi di sekitar pusat penambangan Calama, kota gurun yang dikelilingi cadangan tembaga terbesar di Chile.
Codelco yang dikelolah oleh negara, yang menyerahkan seluruh keuntungan untuk kas negara, mempertahankan sebagian besar hasil tambang meski telah menutup pabrik peleburan di Chuquicamata dan memangkas jumlah pekerja sebanyak 40 persen.
Elgueta mengatakan seruan bagi perlindungan ekstra akan terus berlanjut sampai perusahaan memprioritaskan kesehatan dan keselamatan ketimbang produksi.
"Mereka membuat seolah-olah kami ingin menutup penambangan, tetapi kami hanya ingin melindungi nyawa dan kesehatan para pekerja," kata Elgueta.
Wabah virus corona mengganas di banyak gurun utara Chile, yang kaya akan tambang. Negara Amerika Selatan itu mencatat sedikitnya 300.000 kasus dan 6.500 lebih dari kematian terkait COVID-19.
Menteri Pertambangan Baldo Prokurica meminta perusahaan tambang agar melindungi kesehatan pekerja saat mempertahankan produksi, sebuah keseimbangan yang semakin rumit saat infeksi melonjak di negara tersebut.
Baca juga: Pasien dinyatakan sembuh COVID-19 jadi 31.585 dari 68.079 kasus positif
Baca juga: WNI di Skotlandia lakukan penggalangan dana untuk penanganan COVID-19 di Indonesia
Sumber: Reuters
Pewarta : Asri Mayang Sari