Pemprov Riau karantina 29 mahasiswa dan santri dari luar negeri, begini penjelasannya
Pekanbaru (ANTARA) - Pemerintah ProvinsiRiau melakukan karantina terhadap 29 mahasiswa dan santri asal daerah tersebut yang pulang karena sekolah mereka di luar negeri libur panjang.
Kepala Dinas Kesehatan RiauMimi Yuliana Nazir di Pekanbaru, Jumat, mengatakan 29 mahasiswa dan santri tersebut harus menjalani karantina atau isolasi di Balai Diklat Badan Pengembangan SDM (BPSDM) Riau, di Jl Ronggowarsito, Pekanbaru.
“Mereka sekarang diisolasi di balai diklat selama 14 hari,” kata Mimi kepada ANTARA.
Berdasarkan protokol kesehatan COVID-19, lanjutnya, puluhan mahasiswa dan santri tersebut, kini dimasukan menjadi status Orang Dalam Pemantauan (ODP).
Ia menjelaskan dari 29 orang pelajar tersebut, lima orang santri yang mondok di Pondok Pesantren di Malaysia. Empat orang di antaranya asal Kota Pekanbaru, sedangkan satu lagi warga Riau yang kini tinggal di Medan Sumatera Utara.
Kemudian ada 19 mahasiswa yang bersekolah di Arab Saudi, dan satu mahasiswa yang bersekolah di Thailand.
“Mereka sempat transit dulu di Jakarta beberapa hari menunggu penerbangan. Baru Kamis kemarin dapat penerbangan Garuda Indonesia ke Pekanbaru,” katanya.
Ia mengakui seorang orangtua mahasiswa sempat datang ke balai diklat sambil marah-marah karena tak mau anaknya dikarantina di tempat itu. Sebabnya, apabila Terhitung sejak Kamis (7/5) kemarin, maka puluhan mahasiswa dan santri tersebut akan selesai menjalani karantina 14 hari pada sehari sebelum Idul Fitri.
“Maksudnya mereka ingin anaknya langsung pulang ke kampung, tapi kita harus lakukan isolasi di sini 14 hari. Karena itu kita beri mereka pengertian,” kata Mimi seraya mengatakan orangtua tersebut akhirnya setuju.
Ia menjelaskan, mahasiswa tersebut begitu tiba di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru langsung menjalani tes cepat (rapid test) COVID-19. Seluruh hasilnya menunjukan negatif.
Begitu tiba di balai diklat, mereka secara rutin diperiksa kesehatannya dua kali dalam sehari. Mereka juga mendapt asupan makanan bergizi dan vitamin. Biaya karantina seluruh mahasiswa dan santri tersebuttermasuk tiket pesawat terbang dari Jakarta ditanggung oleh Pemprov Riau.
“Mereka pulang karena sekolah mereka libur panjang, dan memang diminta untuk pulang. Biaya mereka pulang juga ditanggung sekolah, seperti yang dari Arab Saudi. Namun, biaya dari Jakarta ke Pekanbaru ditanggung oleh Pemprov Riau,” kata Mimi.
Baca juga: Diskes Riau gandeng mahasiswa bagikan 1.000 lusin masker ke pasar
Baca juga: Aceh beri bantuan sembako mahasiswa asing
Baca juga: Mahasiswa Tanjung Balai mencuri diciduk polisi
Kepala Dinas Kesehatan RiauMimi Yuliana Nazir di Pekanbaru, Jumat, mengatakan 29 mahasiswa dan santri tersebut harus menjalani karantina atau isolasi di Balai Diklat Badan Pengembangan SDM (BPSDM) Riau, di Jl Ronggowarsito, Pekanbaru.
“Mereka sekarang diisolasi di balai diklat selama 14 hari,” kata Mimi kepada ANTARA.
Berdasarkan protokol kesehatan COVID-19, lanjutnya, puluhan mahasiswa dan santri tersebut, kini dimasukan menjadi status Orang Dalam Pemantauan (ODP).
Ia menjelaskan dari 29 orang pelajar tersebut, lima orang santri yang mondok di Pondok Pesantren di Malaysia. Empat orang di antaranya asal Kota Pekanbaru, sedangkan satu lagi warga Riau yang kini tinggal di Medan Sumatera Utara.
Kemudian ada 19 mahasiswa yang bersekolah di Arab Saudi, dan satu mahasiswa yang bersekolah di Thailand.
“Mereka sempat transit dulu di Jakarta beberapa hari menunggu penerbangan. Baru Kamis kemarin dapat penerbangan Garuda Indonesia ke Pekanbaru,” katanya.
Ia mengakui seorang orangtua mahasiswa sempat datang ke balai diklat sambil marah-marah karena tak mau anaknya dikarantina di tempat itu. Sebabnya, apabila Terhitung sejak Kamis (7/5) kemarin, maka puluhan mahasiswa dan santri tersebut akan selesai menjalani karantina 14 hari pada sehari sebelum Idul Fitri.
“Maksudnya mereka ingin anaknya langsung pulang ke kampung, tapi kita harus lakukan isolasi di sini 14 hari. Karena itu kita beri mereka pengertian,” kata Mimi seraya mengatakan orangtua tersebut akhirnya setuju.
Ia menjelaskan, mahasiswa tersebut begitu tiba di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru langsung menjalani tes cepat (rapid test) COVID-19. Seluruh hasilnya menunjukan negatif.
Begitu tiba di balai diklat, mereka secara rutin diperiksa kesehatannya dua kali dalam sehari. Mereka juga mendapt asupan makanan bergizi dan vitamin. Biaya karantina seluruh mahasiswa dan santri tersebuttermasuk tiket pesawat terbang dari Jakarta ditanggung oleh Pemprov Riau.
“Mereka pulang karena sekolah mereka libur panjang, dan memang diminta untuk pulang. Biaya mereka pulang juga ditanggung sekolah, seperti yang dari Arab Saudi. Namun, biaya dari Jakarta ke Pekanbaru ditanggung oleh Pemprov Riau,” kata Mimi.
Baca juga: Diskes Riau gandeng mahasiswa bagikan 1.000 lusin masker ke pasar
Baca juga: Aceh beri bantuan sembako mahasiswa asing
Baca juga: Mahasiswa Tanjung Balai mencuri diciduk polisi