Beijing/Sanghai (ANTARA) - Kota Wuhan di China, Jumat, merevisi laporan jumlah kematian akibat virus corona dengan data baru menunjukkan peningkatan kematian sebesar 50 persen, sehingga totalnya menjadi 3.869, di tengah keraguan tentang keakuratan data China tentang penyakit ini ketika kasus global meningkat.
Kota pusat di mana virus itu pertama kali muncul pada manusia akhir tahun lalu menambahkan 1.290 kematian pada data 2.579 kematian yang sebelumnya dihitung pada Kamis, yang mencerminkan pelaporan yang salah, keterlambatan dan kelalaian, menurut satuan tugas pemerintah daerah yang bertugas mengendalikan virus corona.
Baca juga: Jumlah pasien sembuh COVID-19 terus bertambah, total positif 5.923 kasus
Untuk mengakomodasi perubahan data kematian di Wuhan, China merevisi jumlah kematian nasional pada Jumat menjadi 4.632.
Revisi tersebut mengikuti spekulasi luas bahwa jumlah kematian di Wuhan secara signifikan lebih tinggi dari yang dilaporkan.
Rumor tentang lebih banyak korban akibat virus corona di Wuhan telah berminggu-minggu berkembang dengan dipicu oleh foto-foto antrian panjang anggota keluarga yang menunggu untuk mengumpulkan abu kerabat yang dikremasi dan laporan ribuan guci menumpuk di rumah duka.
"Pada tahap awal, karena kapasitas rumah sakit yang terbatas dan kekurangan staf medis, beberapa lembaga medis gagal untuk terhubung dengan sistem pengendalian dan pencegahan penyakit lokal secara tepat waktu, yang mengakibatkan tertundanya pelaporan kasus yang dikonfirmasi dan beberapa kegagalan untuk menghitung jumlah pasien secara akurat," menurut siaran media pemerintah CGTN yang mengutip seorang pejabat Wuhan yang tidak disebutkan namanya.
Kecurigaan bahwa China tidak transparan tentang wabah telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu menyatakan skeptis tentang jumlah kematian yang sebelumnya dinyatakan sekitar 3.000 orang.
"Apakah Anda benar-benar percaya pada data di negara yang luas yang disebut China ini, dan bahwa mereka memiliki sejumlah kasus dan sejumlah kematian tertentu; apakah ada yang benar-benar percaya akan hal itu?" katanya.
Beberapa ahli, bagaimanapun, percaya angka kematian di banyak negara lain gagal menunjukkan jumlah yang sesungguhnya karena beberapa orang telah meninggal karena COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus itu, tanpa sempat menjalani pengujian atau pergi ke rumah sakit, jadi tidak termasuk dalam penghitungan resmi.
Jumlah total kasus Wuhan direvisi meningkat 325 kasus, yang menunjukkan bahwa beberapa kematian baru telah dicatat sebagai kasus tetapi tidak dikonfirmasi sebagai kematian. Itu menjadikan jumlah total kasus di kota berpenduduk 11 juta orang itu menjadi 50.333, atau sekitar 60% dari total kasus di China daratan.
Pertanyaan
Topik "Wuhan merevisi angka kematiannya" adalah salah satu yang paling banyak dibaca di platform microblogging Weibo China, yang sangat diawasi.
Banyak komentator memuji pemerintah karena mengakui kesalahannya dan memperbaikinya, meskipun beberapa masih mempertanyakan jumlahnya dan satu mendesak provinsi lain untuk mengkaji kembali data mereka.
Dokter dan pejabat pemerintah di Wuhan telah berulang kali ditanya tentang keakuratan jumlah korban tewas oleh wartawan dalam perjalanan yang diatur pemerintah.
Beberapa pejabat itu mengakui bahwa orang mungkin telah meninggal tanpa dihitung pada hari-hari awal wabah yang kacau, sebelum tes tersedia secara luas.
"Tidak mungkin banyak jumlahnya karena itu periode yang sangat singkat," kata Wang Xinghuan, kepala salah satu dari dua rumah sakit darurat yang dibangun untuk wabah kepada wartawan di Wuhan pada 12 April. Dia menekankan bahwa dia tidak berbicara untuk pemerintah. .
Sebelum data baru Wuhan diumumkan, China mengatakan telah mencatat 26 kasus baru virus corona pada Kamis, turun dari 46 kasus sehari sebelumnya, menurut Komisi Kesehatan Nasional.
Ini membuat jumlah total kasus di China daratan menjadi 82.367.
Dari kasus-kasus baru ini, 15 adalah infeksi impor, terendah sejak 17 Maret. Sekitar 11 kasus sisanya dikonfirmasi ditransmisikan secara lokal, turun dari 12 kasus pada hari sebelumnya. Jumlah kasus baru tanpa gejala meningkat menjadi 66 dari 64 kasus pada sehari sebelumnya.
China tidak memasukkan pasien tanpa gejala klinis seperti batuk atau demam dalam penghitungan kasus yang dikonfirmasi.
Tidak ada kematian baru yang dilaporkan.
Baca juga: Puncak pandemi COVID-19 belum terlewati, tetaplah di rumah saja
Baca juga: Sebanyak 47.588 warga Jakarta telah ikuti tes cepat, 1.791 positif terinfeksi COVID-19
Sumber: Reuters
Penerjemah: Gusti Nur Cahya Aryani
Berita Lainnya
UNIFIL berduka atas tewasnya petugas penjaga perdamaian akibat tabrakan di Lebanon
16 November 2024 16:25 WIB
Indonesia mulai integrasikan bioenergi dan CCS guna kurangi emisi karbon
16 November 2024 16:10 WIB
Presiden China Xi Jinping ajak anggota APEC promosikan ekonomi inklusif
16 November 2024 15:57 WIB
Mike Tyson kalah dari Paul Jake dalam pertarungan selama delapan ronde
16 November 2024 15:49 WIB
BPBD DKI sebut genangan banjir rob di Jakarta Utara mulai berangsur turun
16 November 2024 15:25 WIB
Ketua MPR Ahmad Muzani lelang 1 ton sapi untuk disumbangkan korban Gunung Lewotobi
16 November 2024 15:10 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB