Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi II DPR RI, Guspardi Gaus menyatakan bahwa saat ini adalah waktu momentum yang tepat untuk menurunkan harga BBM sekaligus meringankan beban masyarakat yang terimbas dampak perekonomian akibat pandemi COVID-19.
"Saat ini adalah momentum yang tepat bagi pemerintah untuk mengambil langkah penurunan harga BBM," kata Guspardi Gaus dalam rilis di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Harga minyak dunia anjlok, Waka DPRD Riau desak pemerintah turunkan harga BBM
Menurut dia, harga BBM perlu diturunkan ke tingkat keekonomian guna menjamin akses masyarakat bawah terhadap BBM premium dan solar, yang daya belinya tergerus di tengah wabah.
Politisi Fraksi Partai Amanat Nasional itu berpendapat bahwa kebijakan menurunkan harga BBM saat ini sudah sangat mendesak.
"Dampak pandemi Covid-19 yang berimbas kepada melemahnya ekonomi sebagai konsekuensi kebijakan yang ditetapkan Pemerintah dengan pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), di mana ruang gerak masyarakat dibatasi, sehingga hampir seluruh bidang usaha dari hulu sampai hilir tidak bergerak," katanya.
Ia mengingatkan mengenai fenomena harga minyak dunia yang terus merosot di tengah suramnya prospek permintaan minyak akibat pandemi ini.
Sebagaimana diwartakan, harga minyak memperpanjang kerugiannya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah data menunjukkan pukulan keras terhadap permintaan minyak mentah terkait pengendalian virus corona.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, turun 0,24 dolar AS atau 1,19 persen, menjadi menetap pada 19,87 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. WTI mencatatkan penutupan terendah sejak Februari 2002.
Sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni, turun 1,91 dolar AS atau 6,45 persen menjadi ditutup pada 27,69 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Permintaan minyak global diperkirakan akan turun dengan rekor 9,3 juta barel per hari (bph) secarar tahun ke tahun pada 2020, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan dalam laporannya yang baru dirilis.
"Dampak dari tindakan penguncian di 187 negara dan wilayah telah membuat mobilitas hampir terhenti," kata IEA, menambahkan permintaan pada April diperkirakan 29 juta barel per hari lebih rendah dari tahun lalu, turun ke level terakhir terlihat pada 1995.
Baca juga: DPR minta pemerintah turunkan harga BBM dan listrik di tengah pandemi virus corona/COVID-19
Pewarta : M Razi Rahman
Berita Lainnya
136 desa di Bengkalis implementasikan Siskeudes-Link melalui CMS BRK Syariah
03 May 2024 17:03 WIB
Pond's gandeng 3 wanita berprestasi untuk kenalkan produk terbarunya
03 May 2024 16:55 WIB
Perang 9 bulan bisa hapus 44 tahun laju pembangunan manusia di Jalur Gaza
03 May 2024 16:39 WIB
Nilai tukar rupiah menguat karena dolar AS lanjut melemah setelah pertemuan FOMC
03 May 2024 16:25 WIB
Flek hitam akibat matahari bisa dicegah dengan menggunakan produk pencerah kulit
03 May 2024 16:21 WIB
Penerbangan dari Bandara Internasional Kertajati ke Singapura dibuka September 2024
03 May 2024 15:52 WIB
Panas ekstrem dapat berdampak besar pada kesehatan mental
03 May 2024 15:39 WIB
Menperin Agus Gumiwang pastikan investasi Apple di RI tetap berjalan
03 May 2024 15:16 WIB