Pelalawan, 1/7 (ANTARA) - Harimau Sumatera jantan yang terjerat akhirnya mati dalam proses evakuasi dari dalam konsesi hutan tanaman industri PT Arara Abadi, Kabupaten Pelalawan, Riau.
"Lukanya sudah terlalu parah dan sudah membusuk," kata Koordinator Monitoring dan Antiperdagangan Harimau Sumatera WWF Riau, Osmantri, Jumat.
Harimau tersebut awalnya ditemukan warga bernama Marusaha Tanjung yang memasang jerat untuk menangkap babi pada enam hari silam. Namun, Marusaha baru melapor ke polisi pada Kamis (30/6) lalu.
Menurut Osmantri, harimau itu terkena jerat di bagian kaki kanan depan. Jerat kawat baja telah mematahkan tulang satwa yang dilindungi itu.
"Ketika harimau terjerat dan tulangnya sudah patah, maka kondisinya susah diselamatkan dan andaikan bisa pasti akan cacat permanen," katanya.
Kasie Wilayah I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Iwin Kasiwan, mengatakan pihaknya kecewa dengan PT Arara Abadi yang lamban memberi bantuan pada proses evakuasi.
Ia mengatakan sudah menunggu dua jam untuk meminta bantuan alat berat untuk membersihkan area yang penuh pohon akasia karena menyulitkan pemindahan satwa.
Menurut dia, pihak perusahaan hanya terus memberi janji tapi bantuan tak kunjung tiba hingga satwa belang itu akhirnya mati.
"Tidak ada respon sama-sekali dari perusahaan Arara Abadi. Mereka hanya mengirim petugas keamanan, padahal yang kami butuhkan bantuan alat berat," katanya.
Untuk selanjutnya, ujar Iwin, bangkai harimau akan dibawa ke kantor BBKSDA Riau di Pekanbaru untuk diotopsi. Ia mengatakan harimau itu memiliki panjang badan 151 sentimeter, tinggi 80 sentimeter, berat sekitar 100 kilogram dan umur diperkirakan 1,5 tahun.