Pulau Rupat di pesisir Riau kembali dilanda karhutla, ini penjelasannya
Pekanbaru (ANTARA) - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kembali melanda daerah pesisir Provinsi Riau, tepatnya di Pulau Rupat pulau terluar di Kabupaten Bengkalis.
Kebakaran di Pulau Rupat terpantau sejak dua hari terakhir, dan pada Selasa asapnya masih terlihat membumbung ke udara hingga terlihat dari Kota Dumai.
"Asap karhutla di Rupat sudah dua hari ini terlihat jelas dari daerah pelabuhan di Dumai," kata warga Kota Dumai, Aswadi (40).
Pulau Rupat meski berada di Kabupaten Bengkalis namun lebih dekat ke Kota Dumai hanya dibatasi selat. Jarak Rupat ke Dumai sekitar 10 mil atau sekitar 16 kilometer, dan bisa dijangkau dengan transportasi Kapal Roro sekitar 30 hingga 45 menit.
"Sudah beberapa hari tidak turun hujan, setiap tahun pasti pada awal Januari hingga Februari di Pulau Rupat selalu dilanda karhutla," tambahnya.
Pada tahun 2019, kebakaran di Pulau Rupat cukup luas hingga lebih dari 2.000 hektare yang mulai terjadi pada awal tahun dan mencapai puncaknya di bulan Februari-Maret.
Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru pada Selasa sore, ada enam titik panas yang terpantau satelit dan menjadi indikasi awal karhutla. Enam titik tersebut berada di Bengkalis ada tiga titik, dan masing-masing satu titik di Kabupaten Siak, Kuantan Singingi dan Pelalawan.
Dari jumlah tersebut ada tiga titik yang dipastikan titik api, yakni di Bengkalis dua titik dan satu di Siak. Titik api di Bengkalis, terdeteksi di Rupat dan Siak Kecil. Sedangkan di Siak terdeteksi di daerah Sungai Apit.
Meski begitu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edwar Sanger mengaku belum mendapat informasi tentang kebakaran di Rupat.
"Belum ada laporan dari rekan-rekan (BPBD) di sana," katanya.
Baca juga: 11 perusahaan besar di Riau teken surat pernyataan tidak bakar lahan, satu berstatus terperiksa
Baca juga: Gubernur Riau terbitkan surat himbauan antisipasi karhutla, begini penjelasannya
Kebakaran di Pulau Rupat terpantau sejak dua hari terakhir, dan pada Selasa asapnya masih terlihat membumbung ke udara hingga terlihat dari Kota Dumai.
"Asap karhutla di Rupat sudah dua hari ini terlihat jelas dari daerah pelabuhan di Dumai," kata warga Kota Dumai, Aswadi (40).
Pulau Rupat meski berada di Kabupaten Bengkalis namun lebih dekat ke Kota Dumai hanya dibatasi selat. Jarak Rupat ke Dumai sekitar 10 mil atau sekitar 16 kilometer, dan bisa dijangkau dengan transportasi Kapal Roro sekitar 30 hingga 45 menit.
"Sudah beberapa hari tidak turun hujan, setiap tahun pasti pada awal Januari hingga Februari di Pulau Rupat selalu dilanda karhutla," tambahnya.
Pada tahun 2019, kebakaran di Pulau Rupat cukup luas hingga lebih dari 2.000 hektare yang mulai terjadi pada awal tahun dan mencapai puncaknya di bulan Februari-Maret.
Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru pada Selasa sore, ada enam titik panas yang terpantau satelit dan menjadi indikasi awal karhutla. Enam titik tersebut berada di Bengkalis ada tiga titik, dan masing-masing satu titik di Kabupaten Siak, Kuantan Singingi dan Pelalawan.
Dari jumlah tersebut ada tiga titik yang dipastikan titik api, yakni di Bengkalis dua titik dan satu di Siak. Titik api di Bengkalis, terdeteksi di Rupat dan Siak Kecil. Sedangkan di Siak terdeteksi di daerah Sungai Apit.
Meski begitu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edwar Sanger mengaku belum mendapat informasi tentang kebakaran di Rupat.
"Belum ada laporan dari rekan-rekan (BPBD) di sana," katanya.
Baca juga: 11 perusahaan besar di Riau teken surat pernyataan tidak bakar lahan, satu berstatus terperiksa
Baca juga: Gubernur Riau terbitkan surat himbauan antisipasi karhutla, begini penjelasannya