Gajah Di Kantong Balai Raja Terancam Punah

id gajah di, kantong balai, raja terancam punah

Dumai, 6/4 (ANTARA) - Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Kantong Balai Raja dekat Desa Sebanga dan Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kota Duri, Riau, saat ini terancam punah akibat makin sempitnya luasan lahan itu dari tahun ke tahun.

Humas WWF Riau, Syamsidar, kepada ANTARA di Dumai, Rabu, mengatakan saat ini gajah sumatra yang ada di sembilan kantong se-Provinsi Riau hanya tersisa sekitar 300-330 ekor.

Khusus di Balai Raja, terang dia, hanya tinggal 30 sampai 35 ekor. Jumlah ini jauh menurun dibandingkan beberapa tahun sebelumnya yang masih berjumlah lebih dari 50 ekor.

"Terus berkurangnya jumlah hewan dilindungi ini disebabkan beberapa faktor, salah satunya yakni penyempitan hutan yang merupakan ruang habitat gajah," kata Syamsidar.

Menurut dia, luas Kantong Balai Raja yang pada tahun 1986 ditetapkan sebagai lahan konservasi gajah pada awalnya mencapai 18.000 hektare.

Namun setelah dilakukan survei pada tahun 2007, kata Syamsidar, lahan tersebut sudah sangat jauh berkurang atau hanya tinggal 120 hektare.

"Dari bentangan luas lahan kantong gajah itu, yang paling mendominasi saat ini adalah perkebunan sawit dan akasia. Sementara selebihnya sudah menjadi hutan sekunder yang gundul dan ditumbuhi semak belukar," kata dia.

Beberapa hektare lahan lainnya, kata dia, terutama yang berada di daerah paling dekat dengan perkotaan saat ini juga sudah banyak terdapat perkampungan yang dipadati oleh rumah-rumah penduduk.

Penyempitan ruang atau habitat gajah itu yang menurut Syamsidar menyebabkan terjadinya konflik antara hewan bongsor dengan manusia yang tinggal di sekitarnya.

Analisanya, terang Syamsidar, dalam sehari gajah memiliki daya jelajah lebih dari 4 kilometer. Dengan luasan lahan hutan yang hanya tinggal 120 hektare, sangat memungkinkan mereka untuk keluar dari sarang untuk mencari makan di perkebunan bahkan hingga ke permukiman warga.

"Jika konflik dan penyempitan lahan konservasi ini terus berkelanjutan, maka bukan tidak mungkin gajah-gajah itu akan punah dan menyisakan nama," terang dia.

Kematian Gajah

Kemungkinan punahnya gajah sumatra di Balai Raja menurut Syamsidar, ditunjukkan dengan makin banyaknya hewan berbelalai itu yang mati.

"Dari data yang kami dapat, setiap tahun minimal dua ekor gajah mati dengan kondisi yang mengenaskan. Bahkan memasuki triwulan tahun ini (2011-red), sudah ada dua ekor gajah yang mati diduga akibat diracun," terangnya.

Menurut penelusuran ANTARA, kawanan gajah liar setiap hari selalu berkeliaran di tiga desa Kecamatan Mandau, meliputi Desa Petani, Desa Pangkalan Pudu dan Desa Balai Makam.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau tak mampu berbuat banyak terutama untuk merelokasi gajah-gajah itu karena lokasi relokasi tidak ada lagi.

Selain itu, BKSDA saat ini juga mengaku merasa kesulitan dalam menyelesaikan setiap masalah yang terjadi di beberapa wilayah tiga desa tersebut dengan alasan minimnya dana opreasional.

Sebagai contoh kasus yakni kematian gajah yang terjadi di sebuah perkebunan kelapa sawit milik perusahaan swasta dekat Desa Petani. BKSDA yang mendapat laporan sejak Jumat (1/4), baru berniat melakukan otopsi dan rencana penguburan bangkai gajah setelah lima hari atau pada Rabu (6/4).

"Tim BBKSDA yang direncanakan berangkat Sabtu (2/4), batal dikarenakan minimnya dana yang tersedia," ucap Kepala BKSDA Riau, Kurnia Rauf di Pekanbaru.

Sementara Kepala BKSDA Riau Wilayah Tiga, Hutomo, menjelaskan pihaknya telah selesai mengotopsi bangkai induk gajah betina tersebut dan membawa beberapa sampel untuk diuji di laboratorium Sumatera Barat.

"Hari ini rencananya akan dilakukan proses penguburan bangkai gajah tersebut," kata Hutomo.