Karhutla Riau - Kabut asap kian pekat, polusi udara di Riau makin berbahaya

id polusi udara riau,kabut asap riau,karhutla riau,kabut asap pekanbaru,berita riau antara,berita riau terbaru,riau berasap, kabut asap

Karhutla Riau - Kabut asap kian pekat, polusi udara di Riau makin berbahaya

Seorang penjual koran mengenakan masker medis saat berjualan di tengah asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang makin pekat menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019). ANTARA FOTO/FB Anggoro/foc

Pekanbaru (ANTARA) - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan atau karhutladi Provinsi Riau makin pekat, membuat polusi udara di sebagian besar daerah tersebutterutama di Kota Pekanbaru semakin berbahaya.

Berdasarkan data Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Sumatera, penghitungan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) rata-rata menunjukkan angka di atas 300. Tujuh dari sembilan alat pengukur ISPU menyimpulkan tingkat polusi dalam warna hitam yang artinya “berbahaya”, sedangkan sisanya berwarna merah yang artinya “sangat tidak sehat”.

P3E yang merupakan badan di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menghitung nilai ISPU setiap 24 jam. Dalam menghitung ISPU, P3E menggunakan alat milik KLHK,yakni di daerah Tenayan Raya dan pusat Kota Pekanbaru. Untuk daerah lainnya dibantu dengan alat milik perusahaan milik PT Chevron Pacific Indonesia.

Kualitas udara di Kota Pekanbaru kini sudah masuk kategori berbahaya, memburuk dibandingkan sehari sebelumnya yang menunjukkan kategori tidak sehat dan berbahaya. Alat ukur ISPU milik KLHK di kota menunjukkan angka konsentrasi polutan 478, sedangkan alat milik Chevron di Rumbai menunjukkan angka 846. Kesimpulannya, ISPU di Pekanbaru “berbahaya”.

Baca juga: Karhutla Riau - Selamat datang di Bumi Asap Kuning!



Dua alat di Minas dan Petapahan, Kabupaten Siak, masing-masing menunjukkan angka konsentrasi 877 dan 553. Kemudian di Kabupaten Rokan Hilir dua alat masing-masing hasilnya 544 dan 572. Di Kabupaten Bengkalis dua alat menunjukkan hasil kategori sangat tidak sehat dan berbahaya. Begitu juga di Kota Dumai, hasilnya menunjukkan angka 251 yang masuk kategori sangat tidak sehat.

Kondisi kabut asap paling parah terjadi di Kota Pekanbaru pada pagi hari karena jarak pandang turun drastis hingga tinggal 300 meter. Hingga sekitar pukul 18.00 WIB asap masih terlihat menyelimuti Ibu Kota Provinsi Riau itu.

Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, pada Jumat sore jarak pandang di Pekanbaru sudah membaik jadi 1,2 kilometer dan udara masih berasap. Daerah lainnya yang masih berasap antara lain Kota Rengat dengan jarak pandang 400 meter, Kota Dumai dan Kabupaten Pelalawan dengan jarak pandang keduanya masing-masing 500 meter dan 800 meter.

Baca juga: Karhutla Riau - Seorang Wanita di Dumai Mendadak Lemas Saat Berkendara

Jumlah titik panas (hotspot) ada 66 titik yang paling banyak di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) sebanyak 38 titik. Kemudian di Kabupaten Pelalawan ada 9 titik, Kampar 5 titik, Bengkalis, Kuansing dan Indragiri Hulu (Inhu) masing-masing 3 titik, Kepulauan Meranti dan Rohil masing-masing 2 titik, dan Siak ada satu titik panas.

Dari jumlah tersebut ada 40 yang dipastikan titik api dan lokasi paling banyak di Inhil sebanyak 23 titik dan Pelalawan ada tujuh titik.

Wakil Komandan Satgas Karhutla Riau, Edwar Sanger, mengatakan upaya pemadaman selain fokus di daerah pesisir juga di bagian selatan Kota Pekanbaru yakni di Kabupaten Pelalawan. Sebabnya, daerah tersebut banyak terdapat titik api yang asapnya terbawa angin ke Kota Pekanbaru.

Meski begitu, ia mengatakan upaya pemadaman Karhutla di Riau sebenarnya cukup berhasil karena kenyataannya jumlah titik api di Riau lebih sedikit dibandingkan provinsi lain seperti Jambi dan Sumatera Selatan (Sumsel), yang pada Jumat sore tercatat ada 154 dan 256 titik panas.

“Kita ini makin parah karena asap kiriman dari tetangga (Jambi dan Sumsel),” kata Edwar.

Seperti diketahaui kabut asap di Pekanbaru mulai menyelimuti Pekanbaru sejak akhir Juli dan makin pekat pada awal September. Akibatnya, pemerintah setempat meliburkan semua sekolah dan diikuti oleh perguruan tinggi dan universitas di Pekanbaru.

Sebanyak 39.277 warga di Provinsi Riau menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) akibat polusi kabut asap sejak bulan Agustus hingga awal September ini.

Baca juga: Wiranto sebut modus baru pembakaran lahan penyebab Karhutla ada motif politik

Baca juga: Karhutla Riau - Kabut asap bikin biaya hidup di Pekanbaru meningkat, begini penjelasannya

Baca juga: Karhutla Riau - Waduh, kabut asap mulai ganggu penerbangan di Bandara Pekanbaru